KATA PENGANTAR
Allhamdulillah
puji syukur atas kehadirat Allah SWT
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-NYA kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pengembangan Kurikulum Bahasa
Arab, yang diberikan oleh Miftahus Surur, S.Pd.I.,M.Pd., selaku dosen pengampu.
Pembuatan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Kurikulum Bahasa Arab dengan judul
makalah “ Prinsip dan model pengembangan kurikulum”.
Adapun
sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari buku yang membahas tentang
wawasan kurikulum, kami sebagai penyusun
makalah ini, sangat berterima kasih
kepada penyedia sumber walau tidak dapat bertemu langsung dan kepada orang tua kami langsung
yang selalu mendukung dan mendoakan kami sehingga diberilah kemudahan oleh
Allah SWT dalam proses pengerjaan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan masing-masing, termasuk
kami mungkin dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar- besarnya. Kami berharap ada
kritik dan saran dari pembaca sekalian agar menjadikan motivasi bagi kami untuk
lebih baik lagi kedepanya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
pengembangan kurikulum
B. Prinsip-Prinsip
pengembangan kurikulum
a. Prinsip
relevansi
b. Prinsip
fleksibilitas
c. Prinsip
kontinuitas
d. Prinsip
efisiensi
C. Model
Kurikulum dalam Konsep Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab
a. Kurikulum
Subjek Akademik
b. Kurikulum
Humanistik
c. Kurikulum
Rekonstruksi Sosial
d. Kurikulum
Teknologis atau Kurikulum Berbasis Kompetensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengembangan kurikulum adalah usaha untuk
menentukan rencana dan pengaturan yang bermuatan tentang tujuan, isi,
materipelajaran, dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan perkembangan peserta didik dan
tujuan suatu lembaga.
Kurikuluma akan selalu berubah sesuai dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan suatu lembaga. Ketika kurikulum tidak dikembangkan maka lembaga itu juga akan
mengalami ketinggalan. Namun dalam mengembangkan kurikulum tidak serta merta
sesuai dengan keinginan para pengelola lembaga. Kemudian dari garis besar
dibahas lebih mengarah ke-bagian-bagian lebih mandalam (Suher,CitraK,
Hendrikus,2017).
Pertimbangan berikutnya adalah model berdasarkan konsep kurikulum yang
mendasari kemudian prinsip-prinsip pengembangan kurikulum agar dalam prosesnya
terdapat rambu-rambu yang mengatur
pengembangan kurikulum.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi
dari pengembangan kurikulum?
2.
Apa saja
Prinsip-Prinsip dalam pengembangan kurikulum?
3. Model Kurikulum dalam Konsep
Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari pengembangan kurikulum
2.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum
3.
Untuk mengetahui model Kurikulum
dalam Konsep Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
pengembangan kurikulum
Definisi pengembangan kurikulum menurut S.
Nasution ialah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar
mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajaran. [1]Sedangkan
menurut Zaenal Arifin, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran
pada semua jenis dan jenjang pendidikan.[2]
Dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan, kurikulum tidaklah bersifat statis. Kurikulum dapat diubah maupun dimodifikasi secara
dinamis mengikuti arah perkembangan zaman. Proses mengubah dan memodifikasi ini
dinamakan proses pengembangan. Dalam kajian ini dipahami bahwa kegiatan
pengembangan adalah penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaaan
kurikulum. Istilah pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan
suatu alat atau cara yang baru. Apabila setelah mengalami
penyempurnaan-penyempurnaan, akhirnya alat atau cara tersebut dipandang cukup
mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan
tersebut.[3]
Pengembangan
kurikulum oleh Oemar Hamalik, didefinisikan sebagai perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah
perubahan- perubahan yang diinginkan dan menilai sampai di mana
perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. [4]Sedangkan
Dakir menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum ialah proses mengarahkan
kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai
pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam
sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya
dengan baik.[5]
Istilah
pengembangan kurikulum sebagaimana disebut di atas mencakup dimensi yang luas.
Pengembangan kurikulum merupakan istilah yang komprehensif, yang meliputi
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum yaitu langkah
terdepan dalam membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan
dan mengambil tindakan untuk menghasilkan rencana yang akan dipakai oleh guru
dan siswa. Pengembangan kurikulum bukan hanya melibatkan orang-orang yang
berhubungan langsung dengan dunia pendidikan, tetapi juga melibatkan banyak
individu, seperti politisi, wirausahawan, orang tua siswa, dan elemen
masyarakat lainnya yang merasa tertarik dengan pendidikan. Prinsip-prinsip yang
akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada intinya adalah aturan
atau undang-undang yang akan menginspirasi kurikulum[6].
Berdasarkan pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses memaksimalkan
pelaksanaan kurikulum dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
sebagaimana dalam kurikulum yang ditetapkan pemerintah setelah dilaksanakan
dalam waktu tertentu. Biasanya pengembangan kurikulum ini adalah proses
pembaruan kurikulum setelah dilakukan evaluasi kurikulum setelah dilaksanakan,
bisa saja dilakukan atas kebijakan pemerintah dan juga dapat dilakukan oleh
pihak sekolah bersama dengan guru dalam mendukung optimalisasi pelaksanaan
kurikulum pendidikan di sekolah dan luar sekolah terhadap perkembangan anak
didik. [7]
B.
Prinsip-Prinsip pengembangan kurikulum
a.
Prinsip relevansi
Relevansi
memiliki makna sesuai atau serasi. Jika mengacu pada prinsip relevansi, teknologi (relevansi epistemologis), tuntutan dan potensi siswa
(relevansi psikologis), serta tuntutan dan kebutuhan pengembangan masyarakat
(relevansi sosiologis).[8]setidaknya kurikulum harus memperhatikan aspek internal dan
eksternal. Secara internal, kurikulum memiliki relevansi antara komponen
kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi). Sedangkan secara
eksternal komponen itu memiliki relevansi dengan tuntutan sains.
Dalam
realitanya prinsip di atas memang harus betul-betul diperhatikan karena akan
berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Dan yang tidak kalah penting harus sesuai
dengan perkembangan teknologi sehingga mereka selaras dalam upaya membangun
Negara.[9]
b.
Prinsip
fleksibilitas
Peran kurikulum disini sangat penting terhadap perkembangan
siswa untuk itu prinsip fleksibel ini harus benar benar diperhatikan sebagai
penunjang untuk peningkatan mutu pendidikan.
Kurikulum
yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam
implementasinya dimungkinkan untuk menyesuaikan penyesuaian berdasarkan kondisi
regional. Waktu dan kemampuan serta latar belakang anak. Kurikulum ini
mempersiapkan anak-anak untuk saat
ini dan masa depan.
Pendidik dalam
hal ini memiliki kewenangan dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan
minat, kebutuhan siswa dan kebutuhan bidang lingkungan mereka[10]
c.
Prinsip
kontinuitas
Yakni
adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal. Pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan
kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antarjenjang pendidikan,
maupun antara jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan.
Makna kontinuitas
disini adalah berhubungan, yaitu adanya nilai keterkaitan antara kurikulum dari
berbagai tingkat pendidikan. Sehingga tidak terjadi pengulangan atau diharmonisasi
bahan pembelajaran yang berakibat jenuh atau membosankan baik yang mengajarkan
(guru) maupun yang belajar (peserta didik). Selain berhubungan dengan tingkat
pendidikan, kurikulum juga diharuskan berhubungan dengan berbagai studi, agar
antara satu studi dapat melengkapi studi lainnya. [11]
d.
Prinsip
efisiensi
Dewasa
ini, dunia revolusi industri menawarkan berbagai macam perkembangan kurikulum
yang dilahirkan oleh para ahli dari dunia barat. Jika sebuah program
pembelajaran dapat diadakan satu bulan pada satu waktu dan memenuhi semua
tujuan yang ditetapkan, itu bukan halangan. Sehingga siswa dapat mengimplementasikan
program pembelajaran lain karena upaya itu diperlukan agar dalam pengembangan
kurikulum dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada secara optimal,
cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai.[12]
C.
Model
Kurikulum dalam Konsep Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab
a.
Kurikulum Subjek Akademik
Kurikulum akademis ini merupakan model pertama dan tertua, sejak sekolah
berdiri kurikulumnya seperti ini, bahkan sampai sekarang walaupun telah berkembang
tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak
melepaskan tipe ini.Karena sangat praktis, mudah disusun dan mudah digabungkan
dengan tipe lain. Kurikulum akademis bersumber dari pendidikan klasik
(perenialismedan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Orang yang
berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar
isipendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.[13]
Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan
bidang disiplinnya para ahli, masing-masing telah mengembangkan ilmu secara
sistematis, logis dan solid. Para guru dan pengembang kurikulum tidak perlu susah
payah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka harus menguasai semua
pengetahuan yang ada dalam kurikulum. Ia harus menjadi ahli dalam bidang-bidang studi yang diajarkan. Lebih jauh guru dituntut bukan hanya menguasai materi pendidikan,
tetapi ia juga menjadi model bagi para siswanya. Guru adalah yang digugu dan ditiru / diikuti dan
dicontoh..[14]
Kurikulum yang menganut konsep ini cenderung mengembangkan daya intelektual
anak untuk menguasai ilmu pengetahuan,karena sesuai dengan aliran tersebut yang menganggap ilmu pengetahuan merupakan
sumber kebenaran.
Program pendidikan berjangka panjang sebagian besar menekankan penguasaan
segi pengetahuan dan pemahaman atau ilmu dan teori, kecuali yang mempersiapkan
tenaga vokasional dan profesional lebih menekankan pada segi aplikasi dan
praktek.[15]
b.
Kurikulum Humanistik
Model kurikulum humanistik berpangkal pada Pendidikan Pribadi yang
berdasarkan pada paradigma filsafat Progresivisme. Pendidikan ini memberikan perhatian
yang sangat besar terhadap peserta didik. Kurikulum ini menekankan pengembangan
kepribadian siswa secara utuh denganpembelajaran yang berpusat pada siswa.[16]
Para ahli kurikulum ini memandang pendidikan sebagai bertani, yang
berfungsi menciptakan lingkungan lingkungan dan situasi belajar mengajak yang
menunjang perkembangan semua potensi dan kecakapan peserta didik secara optimal.
Bagi para pendukung kurikulum humanistik, tujuan pendidikan adalah
suatu proses atas diri individu yang dinamis yang berkaitan dengan pemikiran,
integritas, dan otonominya. Dalam kurikulum humanistik, guru diharapkan dapat
membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya, untuk
perkembangan individu.peserta didik itu selanjutnya.Dalam pendekatan
humanistik, peserta didik diajar untuk membedakan hasil berdasarkan maknanya.
Dengan
kata lain, kurikulum ini menambahkan aspek emosional kedalam kurikulum yang
berorientasi pada subject matter (mata pelajaran).
c.
Kurikulum Rekonstruksi
Sosial
Kurikulum Rekonstruksi Sosia lini lebih menekankan pada problem problem
yang dihadapi murid dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi kurikulum ini
mengemukakan bahwa Pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, melainkan
merupakan kegiatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Interaksi dan kerjasama
dapat terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan orang di
lingkungannya. Dengan kerjasama semacam ini, para siswa berusaha memecahkan
problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat
agar menjadi masyarakat yang lebih baik.
Pendidikan, menurut konsepsi
kurikulum rekonstruksi sosial ini memiliki pengaruh, mengubah, dan memberi
corak baru kepada masyarakat dan kebudayaan.[17] Banyak
prinsip kelompok ini yang konsisten dengan cita-cita tertinggi, contohnya
masalah hak asasi kaum minoritas, kekayaan dalam intelektual masyarakat
umumnya, dan kemampuan menentukan nasib sendiri sesuai arahan yang mereka
inginkan.
Pembelajaran yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial
harus memenuhi tiga kriteria berikut, yaitu nyata, membutuhkan tindakan, dan
harus mengajarkan nilai.[18]
Kurikulum ini bertujuan agar peserta didik memiliki kepekaan
terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupannya yang kemudian
akan didiskusikan dengan guru dan teman sebayanya. Sehingga dengan interaksi
tersebut siswa bisa mendapatkan pemahaman, pengalaman, sikap, dan keterampilan
baru. Situasi yang dilakukan saat dialog mengharuskan adanya kerja kelompok
yang tujuannya adalah memupuk kerjasama antar siswa.
d.
Kurikulum Teknologis
atau Kurikulum Berbasis Kompetensi
Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas
program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan.
Teknologi memengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu aplikasi dan teori.
Aplikasi teknologi merupakan suatu rencana penggunaan beragam alat dan media,
atau tahapan basis instruksi. Sebagai teori, teknologi digunakan dalam
pengembangan dan evaluasi material kurikulum dan instruksional. Pandangan
pertama menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi lebih diarahkan pada bagaimana
mengajarkannya, bukan apa yang diajarkan. Adapun pandangan kedua menyatakan bahwa teknologi diarahkan pada penerapan
tahapan[19].
Model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau lebih luasnya
Kurikulum Teknologis dikembangkan dari konsep Teknologi Pendidikan.
Kurikulum ini menekankan isi atau materi
kurikulum berupa kompetensi, kebiasaan (ableness), kecakapan dan keterampilan.[20]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kurikulum memiliki peran strategis dalam menentukan
keberhasilan pendidikan. Keberadaan kurikulum merupakan salah satu bentuk nyata
dalam mengusahakan terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Kurikulum dapat
diubah maupun dimodifikasi secara dinamis mengikuti arah perkembangan zaman
dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur masyarakat. Proses mengubah dan
memodifikasi ini dinamakan proses pengembangan.
Pengembangan kurikulum bukanlah proses instan tanpa
adanya kajian yang matang terhadapnya. Pijakan
dalam menegembangkan kurikulum juga perlu memperhatikan :
Ø Prinsip-Prinsip dalam pengembangan kurikulum
prinsip relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, efisiensi, efektivitas, dan komponen pendidikan
lainnya agar tujuan pengembangan kurikulum dapat terarah dengan baik.
Ø model Kurikulum dalam Konsep Pengembangan Kurikulum Bahasa
Arab
Kurikulum Kurikulum Subjek Akademik, kurikulum humanistik,
Kurikulum Rekonstruksi Sosial, dan Kurikulum Teknologis atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi
B.
Saran
Semoga
Materi pada makalah ini dapat menambah
wawasan pengetahuan dan menambah referensi bagi kami dan para pembaca amin..
Syukron, salah dan kurangnya mohon dimaafkan, dan atas kerendahan hati para
pemabaca yang budiman agar kirannya dapat memberi kritik dan solusi.
DAFTAR PUSTAKA
Taufiqqurohman, Muhammad & Karyodiputro, Ikrom.(2000). Model dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab. Jurnal Pendidikan dan Keislaman,6(1),88-107
Prasetyo, Arif Rohman
& Hamami, Tasmani.(2002). Prinsip-Prinsip dalam Pengembangan Kurikulum.
Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan,8(1),42-55
[1] S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran (Jakarta: Rineka
Cipta, 1989), 5.
[2] Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015), 1.
[3] Syafaruddin and Amiruddin, Manajemen Kurikulum (Medan:
Perdana Publishing, 2017), 130–31.
[4] Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, 97.
[5] Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), 91.
[6] Mustofa Kamal, “Model Pengembangan Kurikulum Dan Strategi
Pembelajaran Berbasis Sosiologi Kritis, Kreativitas Dan Mentalitas,” Madaniyah
4, no. 2 (2014): 230–31.
[7] Peter F Oliva, Developing The Curriculum, III (United
States: Harper Collins Publishers, 1992), 28.
[8] Hendyat Soetopo and Wasty Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan
Kurikulum: Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan (Jakarta: Bina
Aksara, 1986), 49.
[9] Asmariani, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif
Islam | Al-Afkar : Jurnal Keislaman & Peradaban,” accessed April 15, 2020,
http://ejournal.fiaiunisi.ac.id/index.php/al-afkar/article/view/95.
[10] Rosichin Mansur, “PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MULTIKULTURAL (Suatu Prinsip-Prinsip Pengembangan),” Vicratina: Jurnal
Pendidikan Islam 1, no. 2 (November 18, 2016),
http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/article/view/165.
[11] Soetopo and Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum:
Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, 52–53.
[12] Soetopo and Soemanto, 50–51.
[13] Lias
Hasibuan. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan.., hlm 27.
[14] Nur
Ahid. “Konsep dan Teori Kurikulum dalam Dunia Pendidikan”, Islamica Vol 1,
No. 1, September
2006.hlm,
22.
[15] Nana
Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi...,
hlm. 36.
[16] Nana
Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi...,
hlm. 35.
[17] Nana
SyaodihSukmadinata, PengembanganKurikulumTeoridanPraktek(Bandung:
RemajaRosdakarya,
2000),hlm.
91-95.
[18] Oemar
Hamalik. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum..., hlm. 146.
[19] Oemar
Hamalik. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum..., hlm. 147.
[20] Nana
Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi...,
hlm. 15.