Sabtu, 30 Januari 2021

Makalah Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum

 

KATA PENGANTAR

Allhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah  SWT Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-NYA  kami dapat menyelesaikan  tugas  makalah  mata kuliah Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab, yang diberikan oleh Miftahus Surur, S.Pd.I.,M.Pd., selaku dosen pengampu. Pembuatan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab dengan  judul makalah “ Prinsip dan model pengembangan kurikulum”.

 

Adapun sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari buku yang membahas tentang wawasan  kurikulum, kami sebagai penyusun makalah  ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat bertemu  langsung dan kepada orang tua kami langsung yang selalu mendukung dan mendoakan kami sehingga diberilah kemudahan oleh Allah SWT dalam proses pengerjaan makalah ini.

 

Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan masing-masing, termasuk kami mungkin dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak  kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami  mohon maaf  yang sebesar- besarnya. Kami berharap ada kritik dan saran dari pembaca sekalian agar menjadikan motivasi bagi kami untuk lebih baik lagi kedepanya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

 

                                                                         

Penulis

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iii

BAB 1. 1

PENDAHULUAN.. 1

A.   Latar Belakang. 1

B.    Rumusan Masalah. 1

C.    Tujuan. 2

BAB II. 3

PEMBAHASAN.. 3

A.   Definisi pengembangan kurikulum.. 3

B.    Prinsip-Prinsip pengembangan kurikulum.. 5

a.     Prinsip relevansi 5

b.     Prinsip fleksibilitas. 6

c.     Prinsip kontinuitas. 7

d.    Prinsip efisiensi 7

C.    Model Kurikulum dalam Konsep Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab. 8

a.     Kurikulum Subjek Akademik. 8

b.     Kurikulum Humanistik. 9

c.     Kurikulum Rekonstruksi Sosial 11

d.    Kurikulum Teknologis atau Kurikulum Berbasis Kompetensi 12

BAB III. 13

PENUTUP. 13

A.   Kesimpulan. 13

B.    Saran. 14

DAFTAR PUSTAKA.. 15

 


BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pengembangan kurikulum adalah usaha untuk menentukan rencana dan pengaturan yang bermuatan tentang tujuan, isi, materipelajaran, dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan perkembangan peserta didik dan tujuan suatu  lembaga.

Kurikuluma akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan suatu lembaga. Ketika kurikulum  tidak dikembangkan maka lembaga itu juga akan mengalami ketinggalan. Namun dalam mengembangkan kurikulum tidak serta merta sesuai dengan keinginan para pengelola lembaga. Kemudian dari garis besar dibahas lebih mengarah ke-bagian-bagian lebih mandalam (Suher,CitraK, Hendrikus,2017).

Pertimbangan berikutnya adalah  model berdasarkan konsep kurikulum yang mendasari kemudian prinsip-prinsip pengembangan kurikulum agar dalam prosesnya terdapat rambu-rambu yang  mengatur pengembangan kurikulum.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa definisi dari pengembangan kurikulum?

2.       Apa saja Prinsip-Prinsip dalam pengembangan kurikulum?

3.      Model Kurikulum dalam Konsep Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab?

 

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian dari pengembangan kurikulum

2.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum

3.      Untuk mengetahui model Kurikulum  dalam Konsep Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Definisi pengembangan kurikulum

Definisi pengembangan kurikulum menurut S. Nasution ialah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau  lembaga pendidikan beserta staf pengajaran. [1]Sedangkan menurut Zaenal Arifin, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan.[2]

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, kurikulum tidaklah bersifat statis. Kurikulum dapat diubah maupun dimodifikasi secara dinamis mengikuti arah perkembangan zaman. Proses mengubah dan memodifikasi ini dinamakan proses pengembangan. Dalam kajian ini dipahami bahwa kegiatan pengembangan adalah penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaaan kurikulum. Istilah pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau cara yang baru. Apabila setelah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan, akhirnya alat atau cara tersebut dipandang cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan tersebut.[3]

 

Pengembangan kurikulum oleh Oemar Hamalik, didefinisikan sebagai perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan- perubahan yang diinginkan dan menilai sampai di mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. [4]Sedangkan Dakir menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum ialah proses mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.[5]

Istilah pengembangan kurikulum sebagaimana disebut di atas mencakup dimensi yang luas. Pengembangan kurikulum merupakan istilah yang komprehensif, yang meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum yaitu langkah terdepan dalam membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan rencana yang akan dipakai oleh guru dan siswa. Pengembangan kurikulum bukan hanya melibatkan orang-orang yang berhubungan langsung dengan dunia pendidikan, tetapi juga melibatkan banyak individu, seperti politisi, wirausahawan, orang tua siswa, dan elemen masyarakat lainnya yang merasa tertarik dengan pendidikan. Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada intinya adalah aturan atau undang-undang yang akan menginspirasi kurikulum[6].

 

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses memaksimalkan pelaksanaan kurikulum dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sebagaimana dalam kurikulum yang ditetapkan pemerintah setelah dilaksanakan dalam waktu tertentu. Biasanya pengembangan kurikulum ini adalah proses pembaruan kurikulum setelah dilakukan evaluasi kurikulum setelah dilaksanakan, bisa saja dilakukan atas kebijakan pemerintah dan juga dapat dilakukan oleh pihak sekolah bersama dengan guru dalam mendukung optimalisasi pelaksanaan kurikulum pendidikan di sekolah dan luar sekolah terhadap perkembangan anak didik. [7]

B.     Prinsip-Prinsip pengembangan kurikulum

a.       Prinsip relevansi

Relevansi memiliki makna sesuai atau serasi. Jika mengacu pada prinsip relevansi, teknologi (relevansi epistemologis), tuntutan dan potensi siswa (relevansi psikologis), serta tuntutan dan kebutuhan pengembangan masyarakat (relevansi sosiologis).[8]setidaknya kurikulum harus memperhatikan aspek internal dan eksternal. Secara internal, kurikulum memiliki relevansi antara komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal komponen itu memiliki relevansi dengan tuntutan sains.

Dalam realitanya prinsip di atas memang harus betul-betul diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Dan yang tidak kalah penting harus sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga mereka selaras dalam upaya membangun Negara.[9]

b.       Prinsip fleksibilitas

Peran kurikulum disini sangat penting terhadap perkembangan siswa untuk itu prinsip fleksibel ini harus benar benar diperhatikan sebagai penunjang untuk peningkatan mutu pendidikan.

Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam implementasinya dimungkinkan untuk menyesuaikan penyesuaian berdasarkan kondisi regional. Waktu dan kemampuan serta latar belakang anak. Kurikulum ini mempersiapkan anak-anak untuk saat ini dan masa depan.

Pendidik dalam hal ini memiliki kewenangan dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan minat, kebutuhan siswa dan kebutuhan bidang lingkungan mereka[10]

c.       Prinsip kontinuitas

Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antarjenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan.

Makna kontinuitas disini adalah berhubungan, yaitu adanya nilai keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat pendidikan. Sehingga tidak terjadi pengulangan atau diharmonisasi bahan pembelajaran yang berakibat jenuh atau membosankan baik yang mengajarkan (guru) maupun yang belajar (peserta didik). Selain berhubungan dengan tingkat pendidikan, kurikulum juga diharuskan berhubungan dengan berbagai studi, agar antara satu studi dapat melengkapi studi lainnya. [11]

d.      Prinsip efisiensi

Dewasa ini, dunia revolusi industri menawarkan berbagai macam perkembangan kurikulum yang dilahirkan oleh para ahli dari dunia barat. Jika sebuah program pembelajaran dapat diadakan satu bulan pada satu waktu dan memenuhi semua tujuan yang ditetapkan, itu bukan halangan. Sehingga siswa dapat mengimplementasikan program pembelajaran lain karena upaya itu diperlukan agar dalam pengembangan kurikulum dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada secara optimal, cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai.[12]

                                                                                    

C.    Model Kurikulum dalam Konsep Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab

a.       Kurikulum Subjek Akademik

Kurikulum akademis ini merupakan model pertama dan tertua, sejak sekolah berdiri kurikulumnya seperti ini, bahkan sampai sekarang walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah  tidak melepaskan tipe ini.Karena sangat praktis, mudah disusun dan mudah digabungkan dengan tipe lain. Kurikulum akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialismedan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isipendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.[13]

Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli, masing-masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis, logis dan solid. Para guru dan pengembang kurikulum tidak perlu susah payah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka harus menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum. Ia harus menjadi ahli dalam bidang-bidang studi yang diajarkan. Lebih jauh guru dituntut bukan hanya menguasai materi pendidikan, tetapi ia juga menjadi model bagi para siswanya. Guru adalah yang digugu dan ditiru / diikuti dan dicontoh..[14] Kurikulum yang menganut konsep ini cenderung mengembangkan daya intelektual anak untuk menguasai ilmu pengetahuan,karena sesuai dengan aliran  tersebut yang menganggap ilmu pengetahuan merupakan sumber kebenaran.

Program pendidikan berjangka panjang sebagian besar menekankan penguasaan segi pengetahuan dan pemahaman atau ilmu dan teori, kecuali yang mempersiapkan tenaga vokasional dan profesional lebih menekankan pada segi aplikasi dan praktek.[15]

b.      Kurikulum Humanistik

Model kurikulum humanistik berpangkal pada Pendidikan Pribadi yang berdasarkan pada paradigma filsafat Progresivisme. Pendidikan ini memberikan perhatian yang sangat besar terhadap peserta didik. Kurikulum ini menekankan pengembangan kepribadian siswa secara utuh denganpembelajaran yang berpusat pada siswa.[16]                                   

Para ahli kurikulum ini memandang pendidikan sebagai bertani, yang berfungsi menciptakan lingkungan lingkungan dan situasi belajar mengajak yang menunjang perkembangan semua potensi dan kecakapan  peserta didik secara optimal.

Bagi para pendukung kurikulum humanistik, tujuan pendidikan adalah suatu proses atas diri individu yang dinamis yang berkaitan dengan pemikiran, integritas, dan otonominya. Dalam kurikulum humanistik, guru diharapkan dapat membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya, untuk perkembangan individu.peserta didik itu selanjutnya.Dalam pendekatan humanistik, peserta didik diajar untuk membedakan hasil berdasarkan maknanya.

Dengan kata lain, kurikulum ini menambahkan aspek emosional kedalam kurikulum yang berorientasi pada subject matter (mata pelajaran).

                                                                    

c.       Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum Rekonstruksi Sosia lini lebih menekankan pada problem problem yang dihadapi murid dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi kurikulum ini mengemukakan bahwa Pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, melainkan merupakan kegiatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Interaksi dan kerjasama dapat terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan orang di lingkungannya. Dengan kerjasama semacam ini, para siswa berusaha memecahkan problem-problem yang dihadapi dalam  masyarakat agar menjadi masyarakat yang lebih baik.

 Pendidikan, menurut konsepsi kurikulum rekonstruksi sosial ini memiliki pengaruh, mengubah, dan memberi corak baru kepada masyarakat dan kebudayaan.[17] Banyak prinsip kelompok ini yang konsisten dengan cita-cita tertinggi, contohnya masalah hak asasi kaum minoritas, kekayaan dalam intelektual masyarakat umumnya, dan kemampuan menentukan nasib sendiri sesuai arahan yang mereka inginkan.

Pembelajaran yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial harus memenuhi tiga kriteria berikut, yaitu nyata, membutuhkan tindakan, dan harus mengajarkan nilai.[18]

Kurikulum ini bertujuan agar peserta didik memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupannya yang kemudian akan didiskusikan dengan guru dan teman sebayanya. Sehingga dengan interaksi tersebut siswa bisa mendapatkan pemahaman, pengalaman, sikap, dan keterampilan baru. Situasi yang dilakukan saat dialog mengharuskan adanya kerja kelompok yang tujuannya adalah memupuk kerjasama antar siswa.

 

d.      Kurikulum Teknologis atau Kurikulum Berbasis Kompetensi

Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi memengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu aplikasi dan teori. Aplikasi teknologi merupakan suatu rencana penggunaan beragam alat dan media, atau tahapan basis instruksi. Sebagai teori, teknologi digunakan dalam pengembangan dan evaluasi material kurikulum dan instruksional. Pandangan pertama menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi lebih diarahkan pada bagaimana mengajarkannya, bukan apa yang diajarkan. Adapun pandangan kedua menyatakan bahwa teknologi diarahkan pada penerapan tahapan[19].

 

Model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau lebih luasnya

Kurikulum Teknologis dikembangkan dari konsep Teknologi Pendidikan. Kurikulum ini menekankan isi atau materi kurikulum berupa kompetensi, kebiasaan (ableness), kecakapan dan keterampilan.[20]

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Kurikulum memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Keberadaan kurikulum merupakan salah satu bentuk nyata dalam mengusahakan terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Kurikulum dapat diubah maupun dimodifikasi secara dinamis mengikuti arah perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur masyarakat. Proses mengubah dan memodifikasi ini dinamakan proses pengembangan.

 

Pengembangan kurikulum bukanlah proses instan tanpa adanya kajian yang matang terhadapnya. Pijakan dalam menegembangkan kurikulum juga perlu memperhatikan :

 

Ø  Prinsip-Prinsip dalam pengembangan kurikulum

 

prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efisiensi, efektivitas, dan komponen pendidikan lainnya agar tujuan pengembangan kurikulum dapat terarah dengan baik.

 

Ø  model Kurikulum  dalam Konsep Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab

Kurikulum Kurikulum Subjek Akademik, kurikulum humanistik, Kurikulum Rekonstruksi Sosial, dan Kurikulum Teknologis atau Kurikulum Berbasis Kompetensi

 

B.     Saran

Semoga Materi pada makalah  ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan menambah referensi bagi kami dan para pembaca amin.. Syukron, salah dan kurangnya mohon dimaafkan, dan atas kerendahan hati para pemabaca yang budiman agar kirannya dapat memberi kritik dan solusi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Taufiqqurohman, Muhammad & Karyodiputro, Ikrom.(2000). Model dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab. Jurnal Pendidikan dan Keislaman,6(1),88-107

Prasetyo, Arif Rohman & Hamami, Tasmani.(2002). Prinsip-Prinsip dalam Pengembangan Kurikulum. Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan,8(1),42-55

 



[1] S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), 5. 

[2] Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 1. 

[3] Syafaruddin and Amiruddin, Manajemen Kurikulum (Medan: Perdana Publishing, 2017), 130–31. 

[4] Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, 97. 

[5] Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 91. 

[6] Mustofa Kamal, “Model Pengembangan Kurikulum Dan Strategi Pembelajaran Berbasis Sosiologi Kritis, Kreativitas Dan Mentalitas,” Madaniyah 4, no. 2 (2014): 230–31. 

[7] Peter F Oliva, Developing The Curriculum, III (United States: Harper Collins Publishers, 1992), 28. 

[8] Hendyat Soetopo and Wasty Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum: Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1986), 49. 

[9] Asmariani, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Islam | Al-Afkar : Jurnal Keislaman & Peradaban,” accessed April 15, 2020, http://ejournal.fiaiunisi.ac.id/index.php/al-afkar/article/view/95. 

[10] Rosichin Mansur, “PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTURAL (Suatu Prinsip-Prinsip Pengembangan),” Vicratina: Jurnal Pendidikan Islam 1, no. 2 (November 18, 2016), http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/article/view/165. 

[11] Soetopo and Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum: Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, 52–53. 

[12] Soetopo and Soemanto, 50–51. 

[13] Lias Hasibuan. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan.., hlm 27.

[14] Nur Ahid. “Konsep dan Teori Kurikulum dalam Dunia Pendidikan”, Islamica Vol 1, No. 1, September

2006.hlm, 22.

[15] Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi..., hlm. 36.

[16] Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi..., hlm. 35.

[17] Nana SyaodihSukmadinata, PengembanganKurikulumTeoridanPraktek(Bandung: RemajaRosdakarya,

2000),hlm. 91-95.

[18] Oemar Hamalik. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum..., hlm. 146.

[19] Oemar Hamalik. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum..., hlm. 147.

[20] Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi..., hlm. 15.

Guru yang Baik dan Professional dalam Mengajar

Guru yang Baik dan Profesional               Guru adalah orang tua kedua bagi para siswa ketika berada di sekolah. Yang tugasnya tidak h...