Kamis, 08 Oktober 2020

Makalah Nahwu Tentang Istighol

 

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami atas kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah Nahwu 2, yang diberikan oleh Ibu Wakhidati Nurrohman Putri, M,Pd.I selaku dosen Pengampu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Nahwu 2 dengan judul makalah “ISYTIGHOL ”

Adapun sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari buku-buku maupun jurnal  yang membahas tentang Nahwu 2 ,Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat bertemu langsung dan kepada kedua orang tua kami yang selalu mendukung dan mendoakan kami sehingga diberilah kemudahan oleh Allah SWT dalam proses pengerjaan makalah ini.

            Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan masing-masing, termasuk kami yang mungkin dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami berharap ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian agar menjadikan motivasi bagi kami untuk lebih baik lagi kedepannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya

 

                                                                                               Penyusun

  

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iii

BAB I  PENDAHULUAN.. 3

A.   Latar Belakang. 3

B.    Rumusan Masalah. 3

C.    Tujuan Masalah. 3

BAB II  PEMBAHASAN.. 4

A.   Pengertian Istighol 4

B.    Pembagian Istighol 4

C.    Ketentuan-ketentuan dalam istighol 5

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN.. 6

DAFTAR PUSTAKA

 


 PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Bahasa Arab merupakan Bahasa al-qur’an dan menjadi salah satu alat komunikasi internasional. Bahasa Arab terdiri dari beberapa cabang ilmu : nahwu, shorof, balaghoh, mufrodat, nushus adab, dan lain-lain. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang sejak dahulu sudah dipelajari oleh para generasi muslim di dunia. Di Indonesia bahasa ini di pelajari sejak usia dini, karena mayoritas masyarakat beragama islam, yang mana mereka memiliki kitab al-qur’an yang diturunkan Nabi Muhammad Saw. dengan bahasa arab.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari istighol ?

2.      Apa saja pembagian istighol ?

3.      Apa ketentuan-ketentuan dalam istighol ?

C.     Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui pegertian dari istighol.

2.       Untuk mengetahui apa saja pembagian istighol.

3.      Untuk mengetahui apa kentuan-ketentuan dalam istoghol.

 

 

 PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Istighol

Istighol adalah fi’il yang jatuh setelah isim dhomir, yang fi’il tadi tidak dapat mengamalkan kepada isim dzohir tersebut, karena terhalang dengan menashobkan lafal dhomirnya yang merujuk ke isim sabiq. ( kitab Alfiyah )

Contoh : زيدا ضريته    (lafal  زيدا sebagai isim dan lafal ضريته sebagai fi’il ) atau terhalang menashobkan mahal dhomirnya tadi. Contoh :مررتبه  زيدا

Isim sabiq wajib dinashobkan dengan fi’il yang tersimpan yang maknanya cocok dengan fi’il yang didhohirkan. Contoh : زيدا ضربت   : التقدير ضربت زيدا ضربته

Secara bahasa Istighol berarti kesibukan, sedangkan menurut istilah nahwu Istighol adalah mengedepankan isim (isim sabiq) dan mengakhirkan amilnya (fi’il atau yang serupa pengalamannya) disibukkan tentang nashobnya isim sabiq, sebab amil tersebut sudah beramal pada dhomir yang merujuk pada isim sabiq atau pada sababnya (lafadz mudhaf pada dhomir isim sabiq).

Isim sabiq adalah ada yang wajib nashob,rojih nashob, wajib rofa’, rojih rofa’, ataupun yang tidak nashob dan rofa’.

Istighol juga dapat diartikan sebagai mendahulukan isim dan mengakhirkan fi’il yang beramal pada dhomir dan dhomir tersebut kembali pada isim.

B.     Pembagian Istighol

1.      المشغول عنه yaitu isim sabiq

Contoh : الكتاب pada jumlah awal

2.      المشغول yaitu fi’ilnya

Contoh : قرأ pada jumlah awal

3.      المشغول به yaitu isim dhomir yang kembali kepada isim sabiq

Contoh : dhomir  الهاء pada contoh قرأته

  

C.      Ketentuan-ketentuan dalam istighol

1.      Apabila isim sabiq jatuh setelah adat yang khusus, yang masuk dalam fi’il seperti adat syarat. Tahdid dan istifham selain hamzah maka wajib dibaca nashob.

2.      Apabila isim sabiq yang fi’ilnya jatuh setelah adawat yang tidak beramal kepada isim sabiq, maka isim sabiq wajib dibaca rofa’. Adapun adawat yang tidak bisa amal lafadz sebelumnya yaitu istifham, syarat, tahdid, i’rid.

3.       Apabila isim sabiq yang jatuh sebelum fi’il yang mempunyai makna tholab (muriyah) maka mempunyai 2 wajah yaitu rofa’ dan nashob. Dan ketika isim sabiq jatuh setelah adawat yang masuk dalam fi’ilnya seperti hamzah istifham lebih baik dibaca nashob. Contoh : ءاخاك نصرته

4.      Isim sabiq yang di’athofkan pada ma’mulnya fi’il yang menjadi pembukaan kalam lebih baik dinashobkan. Contoh : جاء زيد عمرا أكرمته 

5.      Dan apabila isim sabiq di’athofkan dengan fi’il yang menjadi khobarnya mubtada’ mempunyai 2 wajah . contoh :

 

·         زيدًا انت مكرم أخاهُ

·         زيدًا انت ضاربُهُ

Isim sifat yang bisa beramal di bab istighol, yakni : isim fa’il dan isim maf’ul dengan makna khal atau istighol.

Contoh : زيدا ضربت أخاهُ

 

 

BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan 

Istighol adalah mendahulukan isim dan mengakhirkan fi’il yang beramal isim dhomir, yang menashobkan isim sabiq itu isim dhomirnya. sedangkan menurut istilah nahwu istighol adalah mengedepankan isim (isim sabiq) dan mengakhirkan amilnya (fi’il atau yang serupa pengamalannya) disibukkan tentang nashobnya isim sabiq, sebab amil tersebut sudah beramal pada dhomir yang merujuk pada isim sabiq atau pada sababnya (lafadz mudhaf pada dhomir isim sabiq).

Istighol dibagi menjadi 3 yaitu :

1.      المشغول عنه yaitu isim sabiq

2.       المشغول yaitu fi’ilnya

3.      المشغول به yaitu isim dhomir yang kembali kepada isim sabiq

Isim sabiq didalam istighol mempunyai 5 hukum bacaan yakni wajib dibaca nashob, wajib dibaca rofa’, boleh dibaca 2 wajah lebih baik nashob, sama bolehnya rofa’ dan nashob, dan dibaca 2 wajah tetapi lebih baik dibaca rofa’.

B. Saran

             Sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab kita harus menguasai beberapa ilmu alat dalam tata bahasa arab,dan salah satunya nahwu,maka dari itu kita harus tetap belajar dan mendalami ilmu alat ini supaya kita mudah dan faham dalam mempelajari bahasa arab.

  

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad mattor bin abdirrohman,alwafiyyat fi alfiyyah.Mranggen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru yang Baik dan Professional dalam Mengajar

Guru yang Baik dan Profesional               Guru adalah orang tua kedua bagi para siswa ketika berada di sekolah. Yang tugasnya tidak h...