Alhamdulillah puji syukur kami atas kehadirat Allah SWT. karena atas
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah Nahwu 2, yang diberikan oleh Ibu Wakhidati Nurrohman Putri, M,Pd.I selaku dosen
Pengampu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Nahwu
2 dengan judul makalah “ISYTIGHOL
”
Adapun sumber dalam
pembuatan makalah ini, didapatkan dari buku-buku maupun jurnal yang membahas tentang Nahwu 2
,Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia
sumber walau tidak dapat bertemu langsung dan kepada kedua orang tua kami yang
selalu mendukung dan mendoakan kami sehingga diberilah kemudahan oleh Allah SWT
dalam proses pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan masing-masing, termasuk kami yang mungkin dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami berharap ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian agar menjadikan motivasi bagi kami untuk lebih baik lagi kedepannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya
Penyusun
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Istighol
B. Pembagian
Istighol
C. Ketentuan-ketentuan dalam istighol
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Bahasa
Arab merupakan Bahasa al-qur’an dan menjadi salah satu alat komunikasi
internasional. Bahasa Arab terdiri dari beberapa cabang ilmu : nahwu, shorof,
balaghoh, mufrodat, nushus adab, dan lain-lain. Bahasa Arab merupakan salah
satu bahasa asing yang sejak dahulu sudah dipelajari oleh para generasi muslim
di dunia. Di Indonesia bahasa ini di pelajari sejak usia dini, karena mayoritas
masyarakat beragama islam, yang mana mereka memiliki kitab al-qur’an yang
diturunkan Nabi Muhammad Saw. dengan bahasa arab.
1. Apa pengertian dari istighol ?
2. Apa saja pembagian istighol ?
3. Apa ketentuan-ketentuan dalam istighol ?
1. Untuk mengetahui pegertian dari istighol.
2. Untuk mengetahui apa saja pembagian istighol.
3. Untuk mengetahui apa kentuan-ketentuan dalam istoghol.
Istighol
adalah fi’il yang jatuh setelah isim dhomir, yang fi’il tadi tidak dapat
mengamalkan kepada isim dzohir tersebut, karena terhalang dengan menashobkan
lafal dhomirnya yang merujuk ke isim sabiq. (
kitab Alfiyah )
Contoh : زيدا
ضريته (lafal
زيدا sebagai isim
dan lafal ضريته sebagai fi’il
) atau terhalang menashobkan mahal dhomirnya tadi. Contoh :مررتبه زيدا
Isim sabiq wajib dinashobkan dengan fi’il yang tersimpan yang maknanya
cocok dengan fi’il yang didhohirkan. Contoh : زيدا
ضربت : التقدير ضربت زيدا
ضربته
Secara bahasa Istighol berarti kesibukan, sedangkan
menurut istilah nahwu Istighol adalah mengedepankan isim (isim sabiq) dan mengakhirkan
amilnya (fi’il atau yang serupa pengalamannya) disibukkan tentang nashobnya
isim sabiq, sebab amil tersebut sudah beramal pada dhomir yang merujuk pada
isim sabiq atau pada sababnya (lafadz mudhaf pada dhomir isim sabiq).
Isim sabiq adalah ada yang wajib nashob,rojih nashob,
wajib rofa’, rojih rofa’, ataupun yang tidak nashob dan rofa’.
Istighol
juga dapat diartikan sebagai mendahulukan isim dan mengakhirkan fi’il yang
beramal pada dhomir dan dhomir tersebut kembali pada isim.
1. المشغول عنه yaitu isim
sabiq
Contoh : الكتاب pada jumlah awal
2. المشغول yaitu fi’ilnya
Contoh : قرأ pada jumlah awal
3. المشغول به yaitu isim dhomir yang kembali kepada
isim sabiq
Contoh : dhomir الهاء
pada contoh قرأته
C.
Ketentuan-ketentuan dalam istighol
1. Apabila isim sabiq jatuh setelah adat yang khusus, yang
masuk dalam fi’il seperti adat syarat. Tahdid dan istifham selain hamzah maka
wajib dibaca nashob.
2. Apabila isim sabiq yang fi’ilnya jatuh setelah adawat
yang tidak beramal kepada isim sabiq, maka isim sabiq
wajib dibaca rofa’. Adapun adawat yang tidak bisa amal lafadz sebelumnya yaitu
istifham, syarat, tahdid, i’rid.
3.
Apabila isim sabiq yang jatuh
sebelum fi’il yang mempunyai makna tholab (muriyah) maka mempunyai 2 wajah
yaitu rofa’ dan nashob. Dan ketika isim sabiq jatuh setelah adawat yang masuk
dalam fi’ilnya seperti hamzah istifham lebih baik dibaca nashob. Contoh : ءاخاك نصرته
4.
Isim sabiq yang di’athofkan pada ma’mulnya fi’il yang menjadi pembukaan
kalam lebih baik dinashobkan. Contoh : جاء زيد عمرا
أكرمته
5.
Dan apabila isim sabiq di’athofkan dengan fi’il yang menjadi khobarnya
mubtada’ mempunyai 2 wajah . contoh :
·
زيدًا انت مكرم أخاهُ
·
زيدًا انت ضاربُهُ
Isim sifat yang bisa
beramal di bab istighol, yakni : isim fa’il dan isim maf’ul dengan makna khal
atau istighol.
Contoh : زيدا ضربت أخاهُ
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istighol
adalah mendahulukan isim dan mengakhirkan fi’il yang beramal isim dhomir, yang
menashobkan isim sabiq itu isim dhomirnya.
sedangkan menurut istilah nahwu istighol adalah mengedepankan isim (isim sabiq)
dan mengakhirkan amilnya (fi’il atau yang serupa pengamalannya) disibukkan
tentang nashobnya isim sabiq, sebab amil tersebut sudah beramal pada dhomir
yang merujuk pada isim sabiq atau pada sababnya (lafadz mudhaf pada dhomir isim
sabiq).
Istighol
dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
المشغول
عنه yaitu isim
sabiq
2.
المشغول yaitu fi’ilnya
3. المشغول به yaitu isim dhomir yang kembali kepada
isim sabiq
Isim sabiq didalam istighol mempunyai 5 hukum bacaan
yakni wajib dibaca nashob, wajib dibaca rofa’, boleh dibaca 2 wajah lebih baik
nashob, sama bolehnya rofa’ dan nashob, dan dibaca 2 wajah tetapi lebih baik
dibaca rofa’.
B. Saran
Sebagai mahasiswa jurusan
Pendidikan Bahasa Arab kita harus menguasai beberapa ilmu alat dalam tata
bahasa arab,dan salah satunya nahwu,maka dari itu kita harus tetap belajar dan
mendalami ilmu alat ini supaya kita mudah dan faham dalam mempelajari bahasa
arab.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad mattor bin abdirrohman,alwafiyyat
fi alfiyyah.Mranggen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar