Jumat, 09 Oktober 2020

Makalah Nahwu " Ikhtishash, Tahdzir dan Ighra "


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul ikhtishash, tahdzir dan ighra dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas Ibu Wakhidati Nurrohmah Putri pada mata kuliah Nahwu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan nahwu bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Harapan kami dalam pembuatan makalah ini, yaitu agar makalah ini dapat memberikan wawasan baru kepada pembaca.Kami selaku pembuat makalah ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen kami yang telah memberikan tugas makalah ini, serta kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Serta tak lupa kami haturkan maaf bila terdapat penulisan ataupun kata-kata yang kurang berkenan.


 

 

Penyusun

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A.    Latar Belakang......................................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

C.     Tujuan Pembahasan................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2

A.      Pengertian ikhtishas...................................................................................... 2

B.       Persamaan ikhtishah..................................................................................... 2

C.       Pengertian tahdzir......................................................................................... 3

D.      Ketentuan amil yang menashabkan tahdzir.................................................. 3

E.       Lafadz-tahdzir yang syaad (menyimpang)................................................... 5

F.        Pengertian ighra............................................................................................ 5

G.      Ketentuan ighra............................................................................................ 6

H.      Persamaan dan perbedaan tahdzir dengan ighra.......................................... 6

BAB III PENUTUP................................................................................................ 8

A.    Kesimpulan.............................................................................................................. 8

B.     Saran........................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 9


 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Pembahasan ini merupakan bagian dari Bab ilmu nahwu yang jarang dibahas dalam kajian-kajian ilmu nahwu. Akan tetapi dikalangan arab Uslub ini sering digunakan dalam bahasa percakapan. Dan tidak jarang juga ditemukan dalam contoh-contoh dalam al-quran dah hadis. Oleh karena itu susunan atau uslubnya yang ghorib tersebut.

  Sehingga dirasa penting bagi penulis untuk dikaji lebih mendalam agar dapat diketahui asal dari susunan dari uslub tersebut.


B.       Rumusan Masalah

1.        Apakah yang dimaksud dengan ikhtishas?

2.        Sebut dan jelasan persamaan ikhtisash?

3.        Apakah yang dimaksud dengan tahzir?

4.        Sebutkan macam-macam ketentuan amil tahdzir?

5.        Bagaimana ketentuan tahdzir yang syaad(menyimpang)?

6.        Apakah yang dimaksud dengan ighra?

7.        Bagaimanakah ketentuan ighra?

8.        Sebutkan persamaan dan perbedaan antara tahdzir dengan ighra?

 

C.      Tujuan pembahasan.

Untuk membahas dari rumusan masalah diatas agar bisa menjadikan para pembaca bisa memahami dari makalah yang kami tulis ini..

 

  

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.  Pengertian Ikhtishash

الاختصاص كنداء دونا يا    ¤     كاءيّهال الفتى بإثرارجونيا

”Ikhtishash adalah nida yang tidak memakai ya, contohnya ءيّهال الفتى  ( hai pemuda sejati ) hal ini di ungkapkan sesudah lafadz ارجونيا ( harapkanlahaku )”.[1]

     

Ikhthisash adalah meringkas hukum dari isim dhohir yang jatuh sesudahnya lafaz yang menjadikan tarkib ikhtisash.[2]

 

B.   Persamaan ikhtishas

1.      Persamaan dengan nida’.

Ikhtisash mirip dengan nida dari segi lafaznya, hanya berbeda dengan nida  dalam tiga hal:

Pertama, ikhtisash dalam pemakaiannya tidak menggunakan huruf nida.

Kedua, harus didahului sesuatu.

Ketiga, hendaknya selalu dibarengi dengan alif lam.

Contoh: ارجونى ايهاالفتى

Hukum raja’(berulang) dikhususkan dalam lafazالفتى. Lafazالفتى tadi menjadi nashab karena dinasabkan oleh lafaz   اخصّyang wajib hilang.

 

2.      ayyin dengan alif lam

وقديرى ذادون اىّ تلوال    ¤     كمثل نحن العرب اسخى من يذل

 “ Terkadang ikhtishosh ini diungkapkan sesudah al tanpa memakai ayyin. Seperti Nahnul Urbaaskhaa Man Badzal ( kami khususnya bangsa arab adalah orang yang paling dermawan dalam memberi”.[3]

Contohnya adalah: ونحن العرب اسخى النّاس “kami khususnya orang arab adalah orang-orang yang paling dermawan”.

Contoh di atas dinashabkan oleh fiil yang disembunyikan, bentuk lengkapnya adalah: اخصّ العرب “khususnya orang arab”.

            Maksudnya juga ada yang tidak berupa lafadz ayyun tetapi berupa isim maqrun(bertemu)                      dengan alif lam.

 

C.  Pengertian Tahdzir

ايّاك والشّرّونحوه نصب    ¤     محذّربمااستتاره وجب

 ايّاك والشّر  ( hati-hatilah kamu terhadap kejahatan ) dan yang sejenisnya dinashabkan oleh muhadzir yang harus disembunyikan”.[4]

Tahdzir adalah memberi peringatan kepada lawan bicara dari perkara yang tidak disenangi supaya dijauhi.[5]

Tahzir adalah ungkapan untuk mengingatkan mukhatab dari suatu hal yang harusndiwaspadai.[6]

 

D.  Ketentuan amil yang menashabkan tahdzir

1.      Harus disembunyikan.

Apabila ungkapan ini memakai iyyaaka dan saudara-saudaranya, yaitu iyyaaka, iyyaaki, iyyaakum dan iyyakunna, maka amil nashib-Nya harus disembunyikan tanpa memandang apakah ada huruf athaf atau tidak. Untuk contoh Tahdzir yang memakai huruf athaf adalah:

اياك والشرّ   “hati-hatilah kamu terhadap kejahatan”.

Lafadz iyyaaka dinashabkan oleh fiil yang harus disembunyikan; bentuk lengkapnya adalah:  اياك احذّر  “kepadamu kuperingatkan”.

 

Untuk contoh yang tidak memakai huruf athof adalah:

ايا ك ان تفعل كذا “awas kamu janganlah mengerjakan hal ini”.

Bentuk lengkapnya adalah: ايا ك من ان تفعل كذا    “hati-hatilah kamu jangan mengerjakan hal ini”.

ودون عطف ذالايّاانسب وما    ¤     سواه سترفعله لن يلزما

“Bila tanpa athof maka nisbatkanlah hal ini kepada iyya; adapun  selain itu fiil (amil)nya tidak wajib disembunyikan”.[7]

الاّمع العطف اوالتّكرار    ¤     كاالضّيغم الضّيغم ياذاالسّارى

 “ Kecuali beserta athaf atau tikrar (pengulangan) seperti adh-dhaiyghama adh-dhaiyghama yaa dzassari ( awas harimau, awas harimau, hai orang yang berjalan malam hari )”.[8]

Apabila ungkapan Tahdzir tidak memakai lafadz iyyaaka dan saudara-saudaranya, hal inilah yang         dimaksud oleh perkataan “adapun selainnya”, maka amil yang menasabkan tidak wajib                         disembunyikan, kecuali apabila dibarengi dengan huruf athaf. Seperti contoh:

مازرأسك والسّيف  “ hai Mazi awas kepalamu dan awas pedang itu”.

Bentuk lengkapnya adalah:

يامازن ق راسك واحذرالسّيف    “hai mazi awas kepalamu dan hati-hati dengan pedang itu”.

Atau beserta pengulangannya seperti:

الضّيغم الضّيغم“awas macan, awas macam”.


2.      Tidak harus disembunyikan.

Apabila tidak bersama dengan athof dan tidak pula diulangi, maka amil yang menashabkan boleh disembunyikan dan boleh ditampakkan, contoh: الاسد   “awas harimau”. Bentuk lengkapnya adalah:

احذّر الاسد  “awas harimau”.

Jika suka, boleh menampakkanya dan juga boleh menyembunyikannya (yakni menyembunyikan ‘amil yang menashabkankan).

 

E. Lafadz tahdzir yang syaad (menyimpang)

وشذّايّاى وايّاه اشذّ      ¤      وعن سبيل القصدمن قاس انتبذ

“dianggap syadz lafadz iyyaaya dan lebih syadz lagi iyyaahu; dan jauhilah orang yang dengan sengaja menjadikannya sebagai hal yang dapat dikiaskan”.[9]

Tahhdzir digunakan hanya untuk mukhatab, karena itu dianggap syadz apabila ada tahdzir digunakan untuk mutakallim, contoh:

ايّا ى وان يحذف احدكم الارنب   “hendaklah aku berhati-hati jangan sampai seseorang di antara kalian melempar kelinci (bila hendak menyembelihnya)”.

Lebil syadz lagi manakala tahdzir digunakan untuk ghaib seperti yang terdapat dalam contoh:

اذا بلغ الرّجل السّتّين فايّا ه وايّاالشّوابّ   “apabila seseorang telah mencapai umur 60 tahun, maka hati-hatilah dan awas umur yang sudah senja”

Akan tetapi tiada suatupun dari contoh ini yang dapat dijadikan sebagai patokan.

 

F. Pengertian ighra

وكمحذّربلاايّااجعلا    ¤    مغرى به فى كلّ ما قد فصّلا

 “ Jadikan ighra sama dengan muhadzir tanpa memakai iyya yaitu dalam semua ketentuan yang telah dirincikan”.[10]

Ighra’ adalah pemberian semangat kepada lawan bicara atas suatu perkara yang terpuji untuk dilakukan, Perkara terpuji ini dinamakan “Mughra bih”.[11]

Igha adalah perintah yang ditunjukkan kepada mukhatab agar menetapi hal yang terpuji.[12]

 

G.    Ketentuan ighra

Ketentuan ighra sama dengan apa yang ada di tahdzir yaitu apabila ada huruf athaf atau pengulangan lafazd, maka amil yang menashabkan harus disembunyikan; apabila tidak ada, maka tidak wajib disembunyikan.[13]

Dalam ungkapan ighra tidak dipakai lafadz iyya.

Untuk contoh yang menggambarkan tentang wajib menyembunyikan amilnya adalah seperti perkataan:

اخاك اخاك“saudaramu, saudaramu!”

Contoh yang yang lainnya adalah:

اخاك واالاحسان اليه“saudaramu, dan berbuat kebajikan terhadapnya”

Makna yang dimaksud dari kedua contoh di atas adalah:

الزم أخاك   “tetaplah (dampingilah) saudaramu”

Untuk contoh yang didalamnya tidak diwajibkan menyimpan amil nashib adalah seperti perkataan:

اخاك  “saudaramu”.

الزم اخاك   “tetaplah saudaramu”.

 

H.  Persamaan dan perbedaan tahdzir dengan ighra

1.      Persamaan tahdzir dan ighra.

a.       Ditujukkan kepada mukhatab.

b.      Apabila ada athof atau pengulangan lafadz, maka amil yang menashabkannya harus disembunyikan; apabila tidak ada maka tidak wajib.

2.      Perbedaan tahdzir dan igra.

a.       Tahdzir merupakan peringatan, sedangkan ighra merupakan perintah.

b.      Tahdzir menggunakan lafadz iyya, sedangkan ighra tidak menggunakan lafadz iyya.

 

 

 

BAB III

     PENUTUP

A.    Kesimpulan

Ikhtishash adalah nida yang tidak memakai ya. Juga memiliki pengertian Ikhthisash adalah meringkas hukum dari isim dhohir yang jatuh sesudahnya lafaz yang menjadikan tarkib ikhtisash.

Tahdzir adalah memberi peringatan kepada lawan bicara dari perkara yang tidak disenangi supaya dijauhi.

Ighra’ adalah pemberian semangat kepada lawan bicara atas suatu perkara yang terpuji untuk dilakukan, Perkara terpuji ini dnamakan “Mughra bih”.

Persamaan tahdzir dan ighra.

1.        Ditujukkan kepada mukhatab.

2.        Apabila ada athof atau pengulangan lafadz, maka amil yang menashabkannya harus disembunyikan; apabila tidak ada tidak wajib.

Perbedaan tahdzir dan igra.

1.    Tahdzir merupakan peringatan, sedangkan ighra merupakan perintah.

2.    Tahdzir menggunakan lafadz iyya, sedangkan ighra tidak menggunakan lafadz iyya.

 

B.     Saran

Kami penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan, dan jauh Dari kesempurnaan. Kami penulis akan memperbaiki makalah dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

Kami menyarankan para pembaca tidak hanya berpedoman pada makalah ini, tetapi juga memahami dari banyak sumber referensi yang terpecaya.

 

DAFTAR  PUSTAKA

Abdullah, bahaud din. 2018. Terjemahan alfiyyah syarah ibnu Aqil. Bandung: Sinar baru Algesindo.

Musthofa, bisyri. 1962. Li alfiyyah ibnu malik. Kudus: Menara kudus.

ni’mah, fuad. 2015. Terjemah mulakhos. Jakarta: Abu Ahmad A-mutarjim.



[1]Bahaud din abdullah ibnu ‘aqil, terjemahan alfiyyah (bandung: sinar baru algesindo, 2016), hlm. 713.

[2]Bisyri musthofa, lialfiyyah ibnu malik (kudus: menara kudus, 1962), hlm. 309.

[3]Bahaud din abdullah ibnu ‘aqil, loc. cit.

[4] Ibid. hlm. 715.

[5]Fuad nikmah, terjemah mulakhos (Jakarta: Abu Ahmad al murtarjim, 2015), hlm. 341.

[6]Bahaud din abdullah ibnu ‘aqil, loc. cit.

[7] Loc. cit.

[8] Loc. cit

[9] Ibid. hlm. 716.

[10] Ibid. hlm. 717.

[11] Fuad nikmah, op. cit. hlm. 342.

[12] Bahaud din abdullah ibnu ‘aqil, loc. cit.

[13] Loc. cit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru yang Baik dan Professional dalam Mengajar

Guru yang Baik dan Profesional               Guru adalah orang tua kedua bagi para siswa ketika berada di sekolah. Yang tugasnya tidak h...