Senin, 22 Februari 2021

Asmaul Af'al ( أسماء الأفعال ) Dalam Ilmu Nahwu

KATA PEGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-NYA kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Nahwu 3, yang diberikan oleh ibu niswatush sholihah, M. Pd.I, selaku dosen pengampu. Pembuatan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Nahwu 3 dengan judul makalah أسماء الأفعال

Adapun sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari buku yang membahas tentang أسماء الأفعال , kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat bertemu langsung dan kepada orang tua kami langsung yang selalu mendukung dan mendoakan kami sehingga diberilah kemudahan oleh Allah SWT dalam proses pengerjaan makalah ini.

Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan masing-masing, termasuk kami mungkin dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar- besarnya. Kami berharap ada kritik dan saran dari pembaca sekalian agar menjadikan motivasi bagi kami untuk lebih baik lagi kedepanya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

 

                        Salatiga,  November 2020

 

                        Penulis


DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR.. I

DAFTAR ISI. II

BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1

A.   Latar belakang. 1

B.    Rumusan masalah. 1

C.   Tujuan pembahasan. 1

BAB II. 2

PEMBAHASAN.. 2

A.   Definisi Isim Fi’il 2

B.    Pembagian Isim Fi’il 2

C.   Isim Fi’il Amar yang Manqul 4

D.   Amalnya Isim Fi’il 5

E.    Ma’mulnya isim fi’il wajib untuk diakhirkan. 6

F.    Nakiroh dan ma’rifatnya isim fi’il 7

BAB III. 8

PENUTUP.. 8

A.   KESIMPULAN.. 8

B.    SARAN.. 8

DAFTAR PUSTAKA.. 9

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar belakang

Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan  Hadist Nabi, maka keduanya itu dibutuhkan seperangkat alat atau sarana agar tidak salah dalam membaca dan memahami teks Arab yang belum ada harakatnya serta untuk  mengetahui perubahan – perubahan kata terutama pada Hadist Nabi, sebab apabila dan keliru dalam pembacaan teks akan mengakibatkan salah dan keliru dalam pemaknaan. Untuk menghindari itu, sarananya adalah ilmu nahwu dan shorof, keduanya merupakan keutuhan yang tidak boleh diabaikan.

B.   Rumusan masalah

1.      Pengertian isim fiil ( أسماء الأفعال)

2.      Pembagian isim fiil ( أسماء الأفعال )

C.   Tujuan pembahasan

1.      Bisa menjelaskan dan memahami isim fiil

2.      Bisa  menyebutkan dan menjelaskan pembagian isim fiil


BAB II

PEMBAHASAN

أسماء الأفعال

A.   Definisi Isim Fi’il                         

                                      مَانَابَ عَنْ فِعْلٍ كَشَتَّانَ وَصَهْ     هُوَاسْمُ فِعْلٍ وَكَذَا أَوَّهْ وَمَهْ

Yaitu kalimah isim yang menggantikan fi’il di dalam menunjukkan pada maknanya, dan di dalam pengamalannya serta tidak bisa dipengaruhi oleh ‘amil dan bukan merupakan fudhlah.

B.   Pembagian Isim Fi’il

a)      Isim-isim fi’il

Yaitu isim fi’il yang menggantikan maknanya fi’il madhi, seperti:

·         شَتَّانَ      bermakna         اِفْتَرَقَ     berpisah/berbeda

Contoh:           شَتَّانَ زَيْدٌ وعَمْرٌو   zaid dan ‘amr telah berpisah.

·         هَيْهَاتَ    bermakna         بَعُدَ        ( jauh)

Contoh                        :اَلْعَقِيْقُ هَيْهَاتَ       alangkah jauhnya jurang ‘aqiq itu.

b)      Isim fi’il mudhori’

Yaitu isim yang menggantikan maknanya fi’il mudhori’, seperti:

·         اَوَّهْ        bermakna         أَتَوَجَّعُ     saya sedang sakit/aduh

·         وَيْ        bermakna         أَعْجَبُ     saya kagum/wow

c)      Isim fi’il amar

Yaitu isim fi’il yang menggantikan maknanya fi’il amar, yaitu:

·         صَهْ       bermakna         اُسْكُتْ     diamlah

·         مَهْ         bermakna         اُكْفُفْ      cegahlah

Isim fi’il yang menggunakan maknanya fi’il amar lebih banyak berlaku dibandingkan isim fi’il yang menggunakan maknanya fi’il madhi dan fi’il mudhori’, karena perintah banyak sekali yang dicukupkan dengan cara isyarat tanpa adanya ucapan, begitu pula banyak sekali lafazh-lafazh yang menemati  tempatnya perintah.

Contoh:

a.       Lafazh                   آمِيْن       bermakna         اِسْتَجِبْ    (kabulkanlah).

Lafazh ini memiliki tiga lughot, yaitu:

·         Lafazh  آمِيْن dengan dibaca panjang hamzah-nya, mengikuti wazan فَاعِيْلٌ besertaan dengan tanpa membaca  imaalat.

·         Lafazh  آمِيْن dengan dibaca panjang hamzah-nya, mengikuti wazan فَاعِيْلٌ besertaan dengan dibaca imaalat.

·         Lafazh  آمِيْن dengan dibaca pendek hamzah-nya, mengikuti wazan فَعِيْلٌ

Sedangkan lafazh آمِيْن ( dengan dibaca panjang hamzah-nya serta dibaca tasydid mim-nya ) bukan merupakan lughot-nya  آمِيْن yang bermakna kabulkanlah, tetapi merupakan suatu kalimat tersendiri, yakni merupakan bentuk jama’-nya  lafazh آمُّ yang bermakna قَاصِدٌ ( orang yang menyengaja ).

b.      Lafazh                   صَهْ       bermakna         اُسْكُتْ     diamlah.

c.       Lafazh                   مَهْ         bermakna         اُكْفُفْ      cegahlah.

d.      Lafazh       تَيْدْ         bermakna         أَمْهِلْ      tunggulah.

Dengan membaca fathah pada ta’, dan membaca sukun pada ya’:

e.       Lafazh                   هَيْتَ       bermakna         اِرَادَتِيْ    keinginanku, atau bermakna  أَعْنِيْلَكَ saya menginginkanmu.

Ta’-nya lafazh ini diperbolehkan membaca tiga wajah, yaitu: dibaca fathah, kasroh, dan dhomah.

f.       Lafazh                   هَيَّا        bermakna        أَسْرِعْ     cepatlah.

Dengan dibaca fathah atau kasroh pada ha’-nya dan beserta mentasydid ya’-nya:

 

g.      Lafazh                   وَيْهًا        bermakna        أَ غِرْ

h.      Lafazh                   اِيْهً         bermakna        اِمْضِ حَدِيْثَكَ         teruskanlah bicaramu.

i.        Lafazh                   حَيْهَلْ      bermakna        اِءْتِ       datanglah.

Atau          أَقْبِلْ       atau    عَجِّلْ      bermakna cepatlah.

j.        Lafazh ini disusun dari lafazh حَيْ yang bermakna أَقْبِلْ  ( menghadaplah/kemarilah ) dan lafazh هَلْ  , yang digunakan untuk istifham, lalu digabung menjadi satu.

k.      Lafazh  yang mengikuti wazan فَعَالِ  

Dengan dimabnikan kasroh, untuk setiap fi’il tsulasi, seperti contoh:

·         ضَرَابِ           bermakna         اِضْرِبْ   pukulah.

·         نَزَالِ              bermakna         اِنْزِلْ      turunlah.

·         كَتَابِ              bermakna         اُكْتُبْ      tulislah.

l.        Lafazh yang mengikuti wazan فَعَالِ hukumnya adalah Qiyasi, sedangkan untuk selainnya dihukumi Sima'iy

C.   Isim Fi’il Amar yang Manqul

      Isim fi’il amar ada yang perpindahan dari lafazh lain ( manqul ), isim fi’il yang seperti ini, ada tiga. Yaitu :

a)      Perpindahan dari jar majrur, seperti :

·         Lafazh             عَلَيْكَ      bermakna        اِلْزَمْ       tetaplah.

Contoh :          عَلَيْكُمْ اَنْفُسَكُم  bermakn a  اِلْزَمُوا شَأْنَ اَنْفُسَكُمْ   menetaplah kamu pada keadaanmu.

·         Lafazh             اِلَيْكَ       bermakna         تَنَحَّ  bermakna menjauhlah.

Contoh            :          اِلَيْكَ عَنِّيْ bermakna  menjauhlah dariku.

b)      Perpindahan dari zhorof, seperti :

·    Lafazh دُوْنَكَ                   bermakna         حُذْ

Contoh :زَيْدًا  دُوْنَكَ            ambillah zaid.

·    Lafazh   مَكَانَكَ    bermakna         اُثْبُتْ       menetaplah.

·    Lafazh     أَمَامَكَ   bermakna         تَقَدَّمْ        majulah.

·    Lafazh    وَرَاءَكَ  bermakna         تَأَخَّرْ      mundurlah.

Isim fi’il amar yang asalnya perpindahan dari jar majrur da zhorof hukumnya wajib untuk dipertemukan dengan dhomir mukhotob.

c). Perpindahan dari mashdar, seperti :

·         Lafazh   رُوَيْدَ      bermakna        أَمْهِلْ      berilah tempo atau tanggungkanlah.

Contoh : رُوَيْدَ زَيْدًا tanggungkanlah zaid.

·         Lafazh   بَلْهُ         bermakna        أُتْرُكْ      tinggalkanlah.

Contoh : بَلْهُ زَيْدًا  tinggalkanlah zaid.

Dua lafazh diatas diberlakukan sebagai isim fi’il amar apabila menashobkan pada lafazh setelahnya, apabila me-ngejarkan pada lafazh setelahnya, maka diberlakukan sebagai mashdar yang dii’robi nashob yang menunjukkan makna tholab karena posisinya yang mennggantikan fi’ilnya.

Contoh : a. رُوَيْدَ زَيْدٍ        tangguhkanlah zaid.

                             b.بَلْهُ عَمْرٍو         tinggalkanlah ‘amr.


D.    Amalnya Isim Fi’il

            Isim fi’il dapat beramal sebagaimana amal fi’il yang digantikannya, jika fi’il yang digantikannya adalah lazim, maka hanya bisa merofa’kan pada fs’il saja, sedangkan jika fi’il yang digantikannya adalah muta’adi, maka isim fi’il tersebut bisa merofa’kan pada fa’il dan juga pada maf’ul.

Contoh :         

a). Yang hanya merofa’kan pada fa’il

·      هَيْهَاكَ زَيْدُ       alangkah jauhnya zaid.

Deperti mengucapkan : بَعُدَ زَيْدُ

·      صَهْ               diamlah.

Seperti mengucapkan :        اُسْكُتْ     yang dirofa’kan berupa dhomir mustatir.

            b). Yang merofa’kan fa’il dan menashobkan maf’ul

·      دَرَاكِ زَيْدًا       susullah zaid.

Seperti mengucapkan : أَدْرِكْ زَيْدًا      yang dirofa’kan berupa dhomir mustatir dan yang dinashobka adalah lafazh زَيْدا

·      ضَرَابِ عَمْرًا    pukullah umar.

Seperti mengucapkan : اِضْرِبْ عَمْرًا

Begitu pula isim fi’il yang menggantikan fi’il yang muta’adi dengan sendirinya atau muta’adi dengan huruf jar yang tertentu, hal itu juga diikuti oleh isim fi’il yang menggantikannya.

                        Contoh :

            ermakna أَقْبِل menghadapi/kemarilah.

·         contoh : حَيَّهَلْ عَلَى كَذَا           hadaYang muta’adi dengan sendirinya

Seperti lafazh حَيَّهَلْ yang bermakna اِءْتِ      datangkanlah.

Contoh : اِءْتِ اَلثّرِيْدَ datangkanlah jenang tsarid.

·         Yang muta’adi dengan huruf ba’

Seperti lafazh حَيَّهَلَّا yang bermakna عَجَّلْ    bersegeralah.

Contoh : اِذَا ذُكِرَالصَّالِحُوْنَ فَحَيَّهَلَا بِعُمَرَ  apabila disebutkan orang-orang yang baik, maka bersegeralah menyebut umar. Bermakna   فَعَجِّلُوْا بِذِكْرِ عُمَرُ 

·         Yang muta’adi dengan عَلَى

Seperti حَيَّهَلْ yang bpkanlah perkara ini pada ini.


E.   Ma’mulnya isim fi’il wajib untuk diakhirkan

      Yang membedakan antara isim fi’il dengan fi’il di antaranya adalah, jika ma’mulnya fi’il boleh untuk mendahului fi’il-nya namun tidak demikian dengan ma’mul-nya isim fi’il, ia harus diakhirkan darinya.

Seperti : دَرَاكِ زَيْدًا susulah zaid.                 

Tidak boleh diucapkan :ا دَرَاك زَيْدً  sedangkan pada fi’il-nya boleh diucapkan زَيْدًا أَدْرِكَ.

 

F.    Nakiroh dan ma’rifatnya isim fi’il

      Isim fi’il jika ditinjau dari segi maknanya adalah fi’il, sedangkan jika ditinjau dari segi lafazh-nya adalah isim, oleh karena itu isim fi’il ada keserupaan dengan kalimat isim, sehingga dalam isim fi’il ada yang ma’rifat dan ada yang nakiroh, sebagaimana dalam kalimat isim.

Isim fi’il yang nakiroh ditandai dengan tanwin, sedangkan yang ma’rifat ditandai dengan disepikan dari tanwin. Nakiroh dan ma’rifat isim fi’il terbagi menjadi tiga, yaitu :

                 a). Isim fi’il yang selalu dalam keadaan ma’rifat                             

Seperti : lafazh نَزَالِ, بَلْهُ, آمِيْنَ

b). Isim fi’il yang selalu dalam keadaan nakiroh

Seperti :  lafazh وَهًا  dan  وَيْهًا

c)      Isim fi’il yang bisa dilakukan dua wajah, yaitu

di-tanwini apabila di kehendaki ma’rifat, seperti : lafazh صَهْ bisa diucapkan صَهٍ diamlah dan lafazh أُفْ bisa diucapkan أُفٍ jangan berkata kotor.

Perbedaan maknanya mengikuti pendapat dari Imam Ar-Rodhi, yang dimaksut me-nakirohkan isim fi’il, bukan berarti me-nakirohkan pada maknanya, karena fi’il tidak bisa dinakirohkan dalam hal ini adalah kembali pada mashdarnya, yang merupakan asal dari tercetaknya fi’il.

Apabila ada orang mengucapkan  صَهٍ maka maknanya adalahسُكُوْتًا  اُسْكُتْ yang dimaksud اِفْعَلْ مُطْلَقَ السُّكُوْتِ ( melakukan diam secara mutlak dari seluruh jenis pembicaraan ). Apabila diucapkan صَهْ maka diucapkan سُكُوْتَ المَعْهُوْدِ  اُسْكُتْ ( diamlah dari suatu pembicaraan yang tertentu, dan berbicara dengan selainnya ).

                                                           

BAB III

PENUTUP

A.   KESIMPULAN

            Dapat di simpulkan bahwa  isim fiil adalah kalimah isim yang menggantikan fi’il di                    dalam menunjukkan pada maknanya, dan di dalam pengamalannya serta tidak bisa dipengaruhi             oleh ‘amil dan bukan merupakan fudhlah.

B.   SARAN

Penulisan makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat mengetahui pengetahuan tentang pengertian dari isim fiil dan pembagian isim fiil. Harapan dari penulis adalah agar pembaca dapat memahami dengan baik. Jika dari kami masih banyak kekurangan dalam penulisan mohon maaf yang sebesar-besarnya.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Bahaud Din. 2018. Alfiyah Syarah Ibnu’Aqil. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Ni’mah, Fuad. 2015. Terjemah Mulakhos. Jakarta: Abu Ahmad Al-Murtajim

Mahrus, Abdullah Kafabihi. 2018. Alfiyah Ibnu Malik jilid 3. Lirboyo: Santri Salaf Press.

Guru yang Baik dan Professional dalam Mengajar

Guru yang Baik dan Profesional               Guru adalah orang tua kedua bagi para siswa ketika berada di sekolah. Yang tugasnya tidak h...