Rabu, 17 Februari 2021

Idhofah ( Mudhof ) Dalam Ilmu Nahwu

 

DAFTAR ISI

 

BAB I

PENDAHULUAN.. iii

A.   Latar Belakang Masalah. iii

B.    Rumusan Masalah. iii

C.    Tujuan Penulisan. iv

BAB II. 1

PEMBAHASAN.. 1

A.   Pengertian Idhofah

B.   Syarat-syarat Mudhof ‘ilaih

C.   Macam-macam Mudhof ‘ilaih. 3

D.    Idlofah Mahdloh dan Ma’nawi 4

E.   Idlofah Lafdhiyah. 4

F.   Pengaruh Mudlof Ilaih Pada Mudlof. 6

G.    Dilarang idlofah pada lafadh yang semakna. 7

H.   Prosedur Idlofah Lafadh أَيّْ.. 8

BAB III. 10

PENUTUP. 10

A.   Kesimpulan. 10

B.    Saran. 11

DAFTAR PUSTAKA.. 12

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Sesungguhnya bahasa arab dan nahwu adalah suatu sarana untuk mengetahui Al-Qur’an dan sunah Rasulullah Saw. Keduanya bukanlah   masuk dalam  ilmu-ilmu syar’I akan tetapi wajib hukumnya mendalami ilmu tersebut karena syari’ah ini dating dengan bahasa arab dan setiap syari’ah tidak akan nampak kecuali dengan suatu bahasa.(Imam-Ghazali)

Tetapi yang menjadi  tantangan  global  pelajar sekarang bahwa pendapat beberapa kaidah-kaidah bahkan bahasa-bahasa Al-Qur’an yang salah. Mereka ingin dengan mudahnya dapat berbahasa tanpa mengetahui seluk-beluk dari ilmu tersebut terutama pada nahwu dan shorofnya. Sehingga saat mereka menemukan keganjanlan-keganjalan dalam  Al-Qur’an, mereka akan heran. Dan akhirnya timbulah mengenai keganjalan-keganjalan bahasa dalam Al-Qur’an. Dan mereka yang  harus membaca meresapai tanpa mengalisa.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa Pengertian idlofah

2.      Apa Syarat Mudhof ilaih

3.      Apa Macam macam Mudhof ilaih

4.      Apa Idlofah Mahdloh dan Ma’nawi

5.      Apa Idlofah Lafdhiyyah

6.      Apa Pengaruh Mudlof Ilaih Pada Mudlof

7.      Apa dilarang Idlofah Pada Lafad Yang semakna

8.      Apa prosedur Idlofah Lafadh اي 

C.    Tujuan Penulisan

1.   Mengetahui Pengertian idlofah

2.   Mengetahui Syarat Mudhof ilaih

3.   Mengetahui Macam macam Mudhof ilaih

4.   Mengetahui Idlofah Mahdloh dan Ma’nawi

5.   Mengetahui Idlofah Lafdhiyyah

6.   Mengetahui Pengaruh Mudlof Ilaih Pada Mudlof

7.   Mengetahui dilarang Idlofah Pada Lafad Yang semakna

8.   Mengetahui prosedur Idlofah Lafadh اي 


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Idhofah

 Idhofah adalah salahsatu bentuk dari tiga isim yang dijerkan, didalam kitab matan al-jurumiyyah dan ,imrithy  yang diterjemahkan oleh KH. Moch. Anwar idlofah menurut bahasa adalah menyandarkan. Sedangkan menurut istilah adalah suatu nisbat yang mengikat antara dua isim yang menetap terbaca jerr selamanya pada isim kedua.

Akhmad munawir dalam bukunya “Belajar Cepat Tata Bahasa Arab” menjelaskan idhofah adalah penyandaran suatu kalimah kepada kalimah lain sehingga menimbulkab pengertian yang lebih spesifik. Selain itu Al – ustadz Aunur Rofik Ibn Ghufron juga menjelaskan dalam bukunya “Ringkasan Kaidah- Kaidah Bahasa Arab” bahwa idhofah adalah isim jer karena disambung dengan isim sebelumnya. Isim yang disambung dinamai “المضف” di I’robi sesuai dengan letaknya dalam jumlah (kalimat) biasa rofa’, nashab, jer.

Jadi didalam idhofah itu terdaopat suatu susunan yaitu mudhof (kalimat yang disambung) dan mudhof ‘ilaih (kalimah yang disambung)

Contoh : صِرَاطُ المُسْتَقِيْمِ  jalan yang lurus                      

المخفوضات ثلاثة مخفو ضة بالحرف

ومخفوض بالاضافة وتابع للمخفوض

Lafaz-lafaz yang dijer-kan ada tiga macam yaitu:

1.      Lafaz yang di jerkan oleh huruf jer

Contoh: بسم الله , كتبت بالقلم

2.      Lafaz yang di jerkan dengan idhofah

Contoh: بيت الله , عبد الله

3.      Lafaz yang mengikuti kepada lafaz yang dijerkan (na’at, athaf, taukid, badal)

Contoh: بسم الله الرحمن الرحيم , مررت بالقوم اجمعين

      

B.     Syarat-syarat Mudof Mudhof ‘Ilaih

شرط المضاف ان يكون خاليا عن التعريف والتنوين , وشرط المضاف الية ان يكون مخيرا بين التعريف و التنوين

Syaratnya mudhof hendaknya terbebas dari la ta’rif dan tanwin, dan syaratbya mudhof itu  ‘ilaih ialah hendaknya memilih antara ta’rif dan tanwin

المثال في الجمله

Arti

الضاف

قراتُ

 سورةَ

الفا تحة

Saya membaca surah al-fatikha

سورةُ

 الفاتحةَ

 

كتابُ

زيد

على المكتب

Kitab (milik) Zid di atas meja

كتابُ

 زيد

Keterangan :

1.      Lafaz atau kata yang bergaris bawah adalah المضااف diharokati dhomah tanpa tanwin dan alif lam, karena ketika suatu ism (kata benda) menjadi mudhof maka tanwinnya harus dibuang dan tidak boleh menggunakan alif lam

2.      Lafaz atau kata yang bercetak tebal adalah المضااف اليه  kata tersebut diharokati kasroh, karena sudah menjadi aturan ilmu nahwu dalam bab I’rob bahwa semua isim yang menjadi mudhof ilaih maka ia harus dibaca jer (dalam contoh di atas berharokat kasroh.

 

C.    Macam-macam Mudhof ‘ilaih

Syaikh Syaraffuddin Yahya al-Imrithiy menjelaskan dalam kitabnya “al-Imrithiy” yang diterjemahkan oleh Ahmad Sunarto, sebagai berikut:

Mudhaf ‘ilaih itu dibagi menjadi tiga, yaitu:

1.   Ada yang menakdirkan ma’nanya fii.

2.   Ada yang menakdirkan ma’nanya laam.

3.   Ada yang menakdirkan ma’nanya min.

 

D.    Idlofah Mahdloh dan Ma’nawi

لِمَاسِوَى ذَيْنؤكَ واخْصُصْ اوَّلَا     اَوْاَعْطِهِ التَّعْرِيْفَ بِالَّذِى تَلَا

“ Dan khususkanlah lafadh yang pertama atau beralih padanya sifat Ma’rifat dengan sebab lafadh yang mengiringinya” 

 Maksudnya adalah dan khususkanlah lafadz yang pertama (mudlof) atau berilah  berilah padanya sifat Ma’rifat dengan sebab lafadz  yang  mengiringinya (mudlof  ilaihi ).

Penjelasannya adalah Susunan idhofah ( mudlof-mudlof  ilaih) berfaidah mempersempit cakupan makna mudlof (takhshish) jika mudlof  ilaihnya berupa isim Ma’rifat dan berfaedah mema’rifatkan Mudhof (Ta’rif) jika mudlofnya ilaihnya berupa isim  Ma’rifat.

Idhofah akan berfaedah demikian apabila Mudlof  bukan berupa isim sifat yang menyerupai Fi’il Mudhori’ (isim Fa’il, isim Maf’ul dan Sifat Musyabbihat), seperti:

                  (ini adaah kitab Zaid)هَذَا كِتَابٌ زَيْدٍ

                  (ini adalah kitab seorang laki-laki) هَذَا كِتَابٌ رَجُلٍ

Idhofah seperti ini disebur idhofah mahdlof (murni) dan idhofah yang mudlofnya berupa isim sifat yang menyerupai Fi’il Mudlori’ disebut Idhofah Ghoiru Mahdloh (tidak murni) dan penjelasannya akan dipaparkan dalam  nadhom dibawah.

 

E.     Idlofah Lafdhiyah

وَاِنْ يُشَابِهِ الْمُضَافُ يَفْعَلُ     وَصْفًا فَعًنْ تَنْكْرِهٍ لَايُعزَلُ

 “Jika mudlof menyamai (Fi’il mudhori’) sebagai isim sifat, maka tidak dapat dilepaskan dari sifat nakirohnya....”

كَرُبَّ رَاخِيْنَا عَظِيْمِ الْامَلِ     مُرَوَّعؤالْقَلضبِ قَلِلِ الْخِيَلِ

      Seperti lafadh……………رُبَّ رَاخِيْنَا عَظِيْمِ الْامَلِ     مُرَوَّعؤالْقَلضبِ قَلِلِ الْخِيَلِ

وَذِى الْاِضَافَةِاسْمُهَا لَفْظِيَّةْ     وَتِلْكَ مَحْضَةٌ فَمَعْنَوِيَّةْ

“Lafadh yang mempunyai idlofah yang demikian namanya adalah lafdhiyyah, dan yang yang seperti itu (yang sebelumnya) dinamakan idlofah Madloh dan ma’nawiyah”

Maksudnya adalah Jika mudlof menyamai يَفْعَلُ   (fi’il mudhlori’) sebagai isim Sifat,  maka tidak dapat dilepaskan dari sifat Nakhirohnya, seperti lafadz رُبَّ

Lafadz yang mempunyai idhofah yang demikian namnya adalah Lafdhiyyah, dan yang seperti itu( yang dalam  nadhom sebelimnya) dinamakan idlofah Mahdloh dan Ma’nawiyyah.

Penjelasanya adalah Idlofah Ghoiru Mahdloh adalah susunan idlofah yang Mudlofnya berupa isim sifat yang  menyerupai Fi’iil Mudlori’, yakni berupa isim  Fa’il atau isim Maf’ul dalam zaman Hal atau Istiqbal ataupun berupa isim Musyabbihat. Adapun Sifat Musyabbihat pasti berada dalam zaman Hal. menyerupai Fi’il Mudlori’ karena isim sifat yang demikian dapat mempunyai amal. Contoh: هَذَا ضَارِبُ زَيٍدٍألاَنَ غَدًا هَذَارَاخِيْنَا الْيَوْمَ غَدُا                                                                     

Mudlof dalam  Idhofah Ghoiru Mahhdloh  tetap dalam sifat kenakhirohannya, meskipuun Mudlofnya ilaihnya Ma’rifat, dalam arti Idhofah Ghoiru Mahhdloh  tidak dapat berfaedah takhsis atauta’rif pada mudlof. Berbeda dengan Idlofah Mahdloh, yakni yang Mudlohnya bukan isim  sifat, seperti :هَذَا كِتَابٌ زَيْدٍ

Atau  berupa isim sifat yang tidak dapat beramal, seperti Isim Fa’il yang berada dalam zaman Madli. Contoh:هَذَا ضَارِبُ زَيْدٍ اَمْسِ

Idlofah Mahdloh disebut juga dengan Idlofah Ma’nawiyyah, dan Idlofah Ghoiru Mahdloh disebut juga dengan Idlofah lafdiyyah.

 

F.     Pengaruh Mudlof Ilaih Pada Mudlof

وَرُبَّمضااَكْسَبَ ثضانٍ اَوْلَا     تَأْنِيْثًااِنْ كَانَ لِحَذْفٍ مُوْهَلَا                          

 “terkadang lafadh yang kedua mempengaruhi pada lafadh yang pertama dalam segi muannatsnya jika lafadh yang pertama pantas untuk dibuang”

             Maksudnya adalah terkadang lafadh yang kedua mempengaruhi pada lafadh yang pertama dalam segi Muannatsnya (atau Mudzakkarnya) jika lafadh yang pertama yang pantas untuk dibuang.

Penjelasannya adalah Mudlof dapat terpengaruh sifat mudzzakar atau muannatsnya Mudhof ilaih dengan syarat jika Mudlof dibuang maknanya masih dapat di fahami, seperti:

قُطِعْتُ بَعْضُ أَصَابِعِهِ (sebagian jari jarinya di potong)

Lafaz بَعْضُ yang berstatus mdzzakar terpengaruh lafaz أَصَابِعِهِ  yang di hukumi muannats karena jika dibuang maksud kalam masih dapat di fahami, seperti dikatakan :

قُطِعْتُ بَعْضُ أَصَابِعِهِ (sebagian jari jarinya di potong)

Hal demikian fi’ilnya, yakni قطعت diberi Ta’tanits, maskipun secara lafaz fa’ilnya (lafaz بَعْضُ )berupa mudzakkar.

Dan seperti dalam firman Allah Swt:

إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ المُحْسِنِينَ (Surah al a’rof :56)

 “ Sesungguhnya rahmat Allah dekat pada orang orang yang berbuat kebaikan “ ( Al-A’rof : 56 )

Lafaz رَحْمَتُ yang berstatus muannats terpengaruh lafaz اللَّهِ yang dihukumi mudzzakkar karena jika dibuang maksud kalam masih dapat difahami, seperti dikatakan :

إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ المُحْسِنِين

“Sesungguhnya Allah dekat pada orang-orang yang berbuat baik”

Jika maksud kalam tidak dapat difahami seumpama mudlof dibuang, maka mudlof tidak dapat terpengaruh Mudzakkar atau Muannatsnya Mudlof ilaih, dan tidak boleh dikatakan:

(Pembantu hindun telah keluar)جَرَجَتْ غُلَامُ هِنْدٍ    

            Karena  jikaغُلَامُ dibuang  dan menjadi (hindun keluar)جَرَجتْ هِنْدٌ

Maka tidak dapat difahami darinya bahwa yang keluar adalah pembantu Hindun, bahkan pendengar akan salah faham dan menganggap bahwa yang keluar adalah hindun.


G.    Dilarang idlofah pada lafadh yang semakna

وَلَايُضَافَ اسْمٌ لِمَابِهِ اتَّحَدَ     مَعْنًى وَاَوِّلْ مُوْهِمًااِذَاوَرَدْ

“ Sebuah isim tidak boleh diidlofahkan pada lafadh yang satu makna. Dan ta’willah lafadh yang seakan demikian jika terjadi “

            “ Maksudnya adalah sebuah isim tidak boleh diidlofahkan pada lafadh yang satu makna. Dan ta’willah lafadh yang seakan demikian jika terjadi “

            Penjelasannya adalah diantara faedah idlofah adalah untuk mempersempit makna Mudlof (takhshish) atau mema’rifatkannya (ta’rif), dan faedah ini dapat terwujud jika Mudlof adalah bukan Mudlof ilaih. Jika Mudlof dan Mudlof ilaih adalah suatu makna, maka tidak akan mungkin wujud faedah takhshish dan ta’rif.

            Oleh karena itu tidak diperboehkan meng-idlofahkan dua lafadh yang sinonim (Murodif) seperti :قًمْحٌ بُرٍّ (gandum)

Karena keduanya sama-sama bermakna gandum. Dan tidak boleh juga Meng-idlofahkan Maushuf pada sifatnya seperti:رِجْلٌ قَائِمٍ

Jika terdapat susunan idlofah yang sekilas dirangkai dari dua lafadh yang sinonim, maka harus dita;wil, seperti:خَاءَ سَعِيْدُ كُرزٍ

Lafadh سَعِيْدٌ  dan كُرْزٌ  adalah nama suatu orang hingga termasuk sinonim. Susunan idlofah tersebut harus du ta’wil dengan menganggap Mudlof semakna dengan lafadh المُسَمَّى  (orang yang dinamai) dan Mudlof ilaih semakna dengan lafadh الِاسْمُ  (mama) sehingga susunan idlofah diatas jika dita’wil maka menjadi:

(Datang orang-orang yang dinamai dengan nama ini)جَاءَ مُسَمَّى هَذَا الاِسْمِ

Demkian juga, jika terdapat susunan idlofah yang dirangkai dari mausuf dan sifatnya seperti:

(Sholat yang pertama)صَلَاةُ الْأُوْلَى

Maka harus dita’wil dengan mengira-ngirakan Mudlof ilaih yang menjadi Mausufnya lafadh diatas jika dta’wil menjadi:

 

 (sholat waktu yang pertama) صَلَاةُ السَّاعَة الْأُوْلَى

 

Jadi, mudlof ilaih yang berupa sifat bukan menjadi sifat dari Mudlof, namun dari lafadh lain yang dikira-kirakan.

 

H.    Prosedur Idlofah Lafadh أَيّْ

 وَلَاتُضِفْ لِمُفْرَدٍمُعَرَّفِ     اَيًّاوَاِنْكَرَّرَتَهَافَاَضِفِ

” Jangan engkau idlofahkan lafadh Mufrod yang dima’rifatkan terhadap lafadh أيْ Jika engkau mengulang-ulangnya, maka idlofahkanlah,”

وَاِنْ تَكُنْ شَرْطًااَوِاسْتِفْهَامَا     فَمُطْلَقًاكَمِّلْ بِهَاالْكَلَامَا

"Atau ngkau kira kirakan berapa bagian………”

            Maksudnya nadhom diatas adalah jangan engkau idlofahkan أَيْ pada lafadh yang mufrod yang dima’rifatkan. Jika engkau mengulng – ulangnya, maka idlofahkanlah, atau ngkau kira – kirakan beberapa bagian!

            Termasuk isim yang wajb diidlifahkan dalam segi makna adalah أَيْ, sebagaimana keterangan diatas. Lafadh أَيْ tidak dapat diidlofahkan pada lafadh mufrod yang ma’rifat, dan tidak boleh diucapkan : أَيْ زَيْدٍ جَاءَ

            Kecuali jika أَيْ diulang – ulang seperti dalam sya’ir berikut (berbahar Thawl)

أَلَاتَسْأَلُوْنَ النَّاسَ أَيِّيْ وَأَيُّكُمْ     غَدَاةَالْتَقَيْنَا كَانَ خَيْرًاوأَكْرَمَا

"Tidaklah kalian tanyakan pada manusia, aku atau kalian yang menjadi terbaik dan termulia besok saat kita bertemu?”

            Atau jika yang dikehendaki dari lafadh mufrod yang ma’rifat tersebut adalah bagiannya, seperti ditanyakan:

أَيٌّ زَيْدٍ اَحْسَنُ؟      (Bagian zaid manakah yang paling bagus?)

أَي أَيٌّأَجْزَاءِ زَيْدٍ اَحْسَنُ؟       

            Sebab ketika demikian, pasti jawabannya adalah bagian dari Zaid, seperti matanya yang paling bagus, atau hidungnya atau lainnya.

            Ketentuan diatas berlaku apabila أَيْ digunakan sebagai kata tanya (istifham), lain halnya jila أَيْ digunakan sebagai isim mausul, isim syarat atau sebagai sifat,

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.   Idhofah adalah  suatu kalimah isim (المضاف اليه) yang dibaca jer karena disambung atau disandarkan dengan kalimat isim sebelumnya (المضاف).

2.   Syarat-syarat mudhof- mudhof ilaih

Syaratnya mudhof hendaknya terbebas dari la ta’rif dan tanwin, syaratnya mudhof ilaih itu ialah hendaknya memilih antara ta’rif dan tanwin.

3.   Macam-macam mudhof ilaih

a.       Ada yang menakdirkan ma’nanya fii

b.      Ada yang menadirkan ma’nanya laam

c.       Ada yang menakdirkan ma’nanya min

4.   Idhofah Ghoiru mudhof (tidak murni)

Susunan idhofah yang mudhofnya berupa isim sifat yang menyerupai fi’il mudhore’, yakni berupa isim fa’il atau isim maf’ul dalam zamannya.

5.   Idhofah mahdlof ( murni)

Apabila mudhof bukan serupa isim sifat yang menyerupai fi’il mudhore’ (isim fa’il, isim maf’ul dam isim musyabbahat).

6.   Pengaruh Mudhof ilaih pada mudhof

·         Mudhof dapat terpengaruh sifat mudzakar atau muannasnya, mudhof ilaih dengan syarat jika mudhof dibuang maknanya masih dapat dipahami

·         Jika maksud kalam tidak dapat dipahamoi seumpamannya mudhof dibuang maka mudhof tidak dapat terpengaruh mudzakar atau muannatsnya mudhof ilaihnya.

7.   Dilarang idhofah pada lafadz yang seksama

Maksudnya adalah sebuag isim tidak boleh diidhofahkan pada lafadz yang satu makna, dan ta’willah yang seakan demikian terjadi.

Penjelasannya diantara faedah idhofah  adalah untuk mempersempit makna mudhof (takhsis) atau mema’rifatkan (ta’rif) dan faedah ini dapat terwujud jika mudhof adalah bukan mudhof ilaih. 

B.     Saran

Semoga Materi pada makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan menambah referensi bagi kami dan para pembaca amin..

Syukron, salah dan kurangnya mohon dimaafkan, dan atas kerendahan hati para pemabaca yang budiman agar kirannya dapat memberi kritik dan solusi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemah Matan Al-Jurumiyyah dan ‘Imrithy, ( Bandung: Sinar baru Algrnsindo, 2014), cet. Ke-33, hal. 158&159

Akhmad Munawir, Belajar Cepat Tata Bahasa Arab, (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2013), cet. Ke-7, hal.17.B. 

Aunur Rofiq Bin Ghufron, Ringkasan Kaidah – kaidah Bahasa Arab, Gersik : Pustaka al furqon, 1432 H), Cet. Ke-33, hal. 161-162 

Malik Ibnu, Kitab Al Fiyyah   (الفية ابن مالك ), Sepanyol, Abad ke 13

Maskuri Syaifudin,  Alfiyah Ibnu Malik (kajian, analisis & Tanya- jawab), Santri salaf press, cet 1 hal 587- 632

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru yang Baik dan Professional dalam Mengajar

Guru yang Baik dan Profesional               Guru adalah orang tua kedua bagi para siswa ketika berada di sekolah. Yang tugasnya tidak h...