Selasa, 16 Februari 2021

'Amal Mashdar Dalam Ilmu Nahwu

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang   

 Bahasa arab merupakan bahasa yang penting dalam agama islam, dimana bahasa ini berbeda dengan bahasa yang lain seperti bahasa Indonesia , bahasa inggris dan sebagainya. Dalam bahasa arab memiliki kaidah-kaidah khusus dalam penyusunan kalimat maupun kata, jika pada bahasa –bahasa lain lebih bersifat sederhana sedangkan bahasa arab lebih kompleks dalam kaidah bahasanya.

Kita sebagai calon guru  bahasa arab haruslah menguasai kaidah-kaidah bahasa arab, sehingga memudahkan kita dalam menerangkan kepada murid didik kita. Dalam makalah ini kami mencoba  mendeskripsikan  kaidah bahasa arab dalam ilmu nahwu yakni amal mashdar, semoga dengan pendeskripsian makalah ini dapat memberi pemahaman kita terhadap kaidah bahasa arab.

B.     Rumusan Masalah

1.         Bagaimana pengertian mashdar ?

2.         Bagaimana pembagian mashdar ?

3.         Bagaimana wazan dan jenis mashdar?

4.         Bagaimana Amal mashdar?

C.      Tujuan Masalah

1.         Untuk mengetahui pengertian mashdar

2.         Untuk mengetahui pembagian mashdar

3.         Untuk mengetahui wazan dan jenis mashdar

4.         Untuk mengetahui amal mashdar

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian mashdar

       Dalam kitab al jurumiyah pengertian masdar sebagai berikut

"Mashdar ialah isim mansub yang dalam tasrifan fi'il jatuh pada urutan ketiga, seperti pada contoh ضرب يضرب ضربا"

Masdar berasal dari kata (  ) yang bermakna tempat lahir, timbul, terjadi, berasal, bersumber dan kembali. Menurut istilah mashdar adalah kata yang menunjukkan makna kejadian atau peristiwa yang tidak berkaitan dengan waktu. Singkatnya mashdar merupakan kata benda jadian (dari kata kerja) yang tidak mengandung pengertian masa lampau, sekarang, dan masa mendatang.

        Apabila hendak menasyrif misalnya lafadz قام maka ucapkan  يقوم(fiil mudhorik) kemudian ucapkan قيما (masdarnya), maka lafadz yang nomor ketiga dinamakan mashdar, sedangkan masdar dinasabkan oleh fiilnya yang di kira-kirakan. Apabila masdar sesuai dengan fiilnya di dalam lafadz dan maknanya maka dinamakan masdar lafdzi.

B.     Pembagian Mashdar

Mashdar dalam Bahasa arab sangat beragam dari segi jumlah hurufnya mashdar di kelompokkan menjadi (al mashdar al mujarrad dan al mashdar al mazid). Menurut dasar dan acuan pengambilannya, mashdar di bagi menjadi (al mashdar al samai dan al mashdar qiyasi). Dari segi jenisnya ada mashdar (al mashdar al sharih dan al mashdar al mu’awwal).

Dari segi tujuannya ada mashdar (al mashdar al mubham dan al mashdar al mukhtasah). Dari segi karakteristik maknanya ada mashdar (al mashdar hissi, al mashdar qalbi, mashdar al ta’kid dan mashdar al marrah). Selain itu mashdar dikelompokkan menjadi (mashdar al hai’ah, mashdar al marrah, mashdar mimi, mashdar Sinai dan isim mashdar).

Secara umum mashdar dibedakan menjadi dua jenis yaitu mashdar sharih dan mashdar mu’awwal. Mashdar sharih adalah nomina yang menunjukkan makna tertentu tanpa terikat dengan konsep waktu dan mengandung huruf-huruf fiilnya, baik secara lafdzi maupun taqdiri (perkiraan) seperti قتل، نوم، هبة، انتصار، ضربة. Sedangkan mashdar mua’awwal adalah kata benda yang disusun dari fiil dengan huruf mashdariyah dan menunjukkan makna yang mengandung konsep waktu seperti يسرّني أن تنجح في الإمتحان.


C.      Wazan dan Jenis Mashdar

1.      Mashdar Mujarrad

Disebut juga mashdar tsulasi mashdar yang berasal dari fiil tsulasi mujarrad (kata kerja yang murni terdiri dari tiga huruf). Mashdar jenis ini mempunyai beberapa wazan.

a)      Wazan فعْل

Contoh : الأكْل، والضرْب، والفهْم، والأمْن

b)      Wazan فَعَل

Contoh : الفرح

c)      Wazan فُعْلة

Contoh : حُمْرة، صُفْرة، خُضْرة

d)     Wazan فُعول

Contoh : القُعود، والجُلوس

e)      Wazan فَعَلان

Contoh : الجولان والغليان

f)       Wazan فِعال

Contoh : الإباء والنفار والإباق

g)      Wazan فُعال

Contoh : صُداع، سُعال، زُكام

h)      Wazan فِعالة

Contoh : تِجارة، زراعة

i)        Wazan فُعولة

Contoh : صُعوبة، ملوحة

j)        Wazan فَعالة

Contoh : بلاغة، فصاحة

Mashdar jenis ini pada umumnya tidak beraturan dan cara mengetahui wazannya berdasarkan simai

2.      Mashdar Mazid

Disebut juga mashdar gair tsulasi yaitu mashdar yang berasal dari fiil yang sudah mendapatkan imbuhan baik satu, dua atau tiga huruf. Mashdar jenis ini pada umumnya beraturan atau qiyasi. Karena itu bentuk mashdar dari wazan fa’ala (فعّل) pasti taf’il (تفعيل) seperti تكريم، تكليم، تسليم, atau taf’ilah (تفعيلة) untuk fiil mu’tal seperti تزكية، توصية، تسمية. Jika wazan af'ala (أفعل), maka bentuk mashdarnya adalah إفعالseperti إسلام، إصلاح، إحسان. Dan wazan فاعل bentuk mashdarnya adalah فِعال atau مفاعلة seperti مجاهدة.

Sedangkan mashdar untuk fiil rubai mazid ada dua macam yaitu berimbuhan satu huruf, wazan تَفَعْلُلَ seperti تدحرج يتدحرج تدحرجا. Dan berimbuhan 2 huruf yaitu wazan افْعنْلال seperti افرنقع يفرنقع افرنقاعا. Dan wazan افعلال seperti اقشعرّ يقشعرّ اقشعرارا. 

3.      Mashdar Marrah

Disebut juga ism al marrah atau mashdar adad adalah mashdar yang menunjukkan terjadinya perbuatan seperti ضرب أحمد الكلب ضربة (Ahmad memukul anjing sekali pukul). Dari segi bentuknya mashdar ini berwazan fa’lah jika berasal dari tsulasi mujarrad seperti ضربة، أكلة، قفزة. Jika huruf asal fi’ilnya lebih dari tiga maka wazan mashdarnya sama dengan mashdar itu sendiri ditambah ta, seperti اكرامة. Dan apabila mashdar diakhiri ta’ maka sesudah mashdar itu perlu dilengkapi dengan adad (kata bilangan) untuk membedakan antara mashdar muakkad dan mashdar marrah seperti رحمتُ صديقي رحمة واحدة 

4.      Mashdar Hai’ah

Disebut juga mashdar nau atau nau’i adalah mashdar yang menunjukkan keadaan, cara atau jenis suatu perbuatan seperti مشى التلميذ مشية الجندي (Murid itu berjalan seperti tentara). Dari segi bentuknya mashdar ini berwazan fi’lah (فِعلة) jika berasal dari tsulasi mujarrad seperti جلسة. Jika huruf asal fi'ilnya lebih dari tiga maka wazan mashdarnya sama dengan mashdar itu sendiri ditambah sifat naat/mudhaf ilaih seperti أكرمته إكراما عظيما أو قرأ التلميذ القرآن قراءة مدرسة 

5.      Mashdar Mimi

Disebut juga mashdar mu’tamad adalah mashdar yang diawali dengan huruf mim zaidah (tambahan). Dari segi maknanya mashdar ini tidak berbeda dengan mashdar asli,bukan mimi. Hanya saja mashdar ini maknanya lebih kuat. Wazannya adalah مَفْعَل  untuk fiil tsulasi yang lam fiilnya tidak berupa huruf illat seperti ذَهَبَ-> مَذْهَب dan berwazan مَفْعِل untuk bina mitsal wawi yang shahih al-lam seperti موضع، موقف، موضئ 

6.      Ism Mashdar

Adalah lafadz yang menunjukkan makna mashdar, namun jumlah hurufnya lebih sedikit dari huruf fiil atau akar katanya seperti تكلّم -> كلم 

7.      Mashdar Hissi

Adalah mashdar yang menunjukkan makna kejadian yang bersifat inderawi, fisik, dapat dilihat dan diamati seperti جلوس، لمْس، مشي 

8.      Mashdar Qalbi

Adalah mashdar yang menunjukkan makna psikis, non fisik, atau batin seperti إحترام، تحقير، علْم. Mashdar ini tidak sama dengan mashdar yang menunjukkan perbuatan hati ( مصدر الأفعال القلوب ) seperti takut, senang dan ingin yang biasanya menjadi salah satu syarat maf’ul li ajlih seperti لا تقتلوا أولادكم خشية إملاق , mashdar yang menjadi maf’ul li ajlih dalam ayat ini خشية yang bermakna takut atau khawatir yang bersifat psikis atau merupakan perbuatan hati.

9.      Mashdar Mahdh

Adalah mashdar sharih ashli yang menunjukkan makna kejadian tanpa terikat oleh konsep waktu dan tidak menunjukkan keadaan, tidak di mulai dengan mim zaidah (seperti mashdar mimi), dan juga tidak di akhiri dengan ya bertasydid dan berakhiran ta’ ta’nis marbutah. Contohnya seperti نوم، صيام، إستقبال 

10.  Mashdar Shinai (mashdar buatan)

Adalah isim yang di bentuk dengan akhiran ya’ bertasydid dan ta’ marbutah. Untuk menunjukkan makna sifat yang di nisbahkan kepada kata dibentuk menjadi mashdar, seperti الإنسان -> الإنسانية atau الحرّ-> الحرِية (maknanya manusia->kemanusiaan atau bebas->kebebasan) 

11.  Mashdar Mubham

Disebut juga mashdar mu’akkid adalah mashdar yang hanya terbatas pada makna penguat tanpa tambahan makna lain seperti idhafah atau adad (frekuensi, bilangan). 

12.  Mashdar Mukhtashsh

Disebut juga mashdar mubayyin adalah mashdar yang mengandung makna penguat dengan tambahan lain diluar lafadz, mashdar ini berupa sifat atau idhafah. Jika kata setelah mashdar ini menjelaskan jenis atau sifat kejadian, maka disebut mashdar mubayyin li al naw seperti قرأت القرآن، قراءة جهرية.  Sedangkan jika kata setelah mashdar itu menjelaskan frekuensi kejadian, maka disebut mashdar mubayyin li al adad seperti نأكل في اليوم ثلاث أكلات. 

13.  Mashdar Mutasharrif

Adalah mashdar yang dapat berubah harakat i’rabnya dan mengalihkan mashdariyyah pada kondisi nashab ke dalam kondisi lainnya seperti فهمت فهما عميقا - الفهم ضروري - إن الفهم ضروري

14.   Mashdar Gair Mutasharrif

Adalah mashdar yang tetap dalam kondisi nashab seperti سبحان . Mashdar ini digunakan dalam struktur mudhaf seperti سبحان اللّه، معاذ اللّه


D.     Amal Mashdar

Mashdar bisa beramal seperti amal fi'ilnya, yaitu merafa'kan fa'il dan menashabkan maf'ul bih. Mashdar ini bisa beramal seperti fi'il pada 2 tempat:

1. Menggantikan fi'il

Contoh :

تركا الإهمال

Artinya

أترك الإهمال

Tinggalkanlah kesia-siaan!

( الإهمال  : maf'ul bih bagi mashdar, manshub dengan fathah)

2. Bisa disiratkan oleh ( أن+ fi'il ) atau ( ما+ fi'il )

Contoh

عجبت من شرب زيد العسل

Aku kagum kepada minum madunya Zaid.

Bisa kita letakkan أن+fi'il  pada posisi mashdar, kemudian kita katakan :

عجبت من أن يشرب زيد العسل

(العسل) dii'rob sebagai maf'ul bih bagi mashdar.

Catatan :

Seringkali mashdar di idhofahkan kepada fa’ilnya dan setelahnya adalah maf’ul bih manshub, sebagaimana pada contoh. Secara lafadz fa’il majrur sedangkan secara kedudukan marfu’.

Mashdar dapat beramal dengan beberapa syarat:

a. Mashdar dapat diganti dengan أن/ما(المصدرية) + فعل

b. Mashdar tidak di tasghir (dibentuk menjadi wazan tertentu yang bermakna kecil)

c. Mashdar tidak dapat diganti dengan dhamir (kata ganti)

Seperti مروري بخالد حسن وهو بعمر قبيح. Dhamir هو dalam kalimat tersebut tidak dapat menggantikan mashdar sebelumnya.

d. Mashdar tidak dibatasi oleh ta al-wahdah (yang menunjukkan makna tunggal), sekali dan sebab itu, kalimat berikut dianggap tidak benar. ساءتني ضرابتك اخاك.

e. Mashdar tidak disifati sebelum beramal

f. Mashdar tidak dipisahkan dari ma'mulnya dengan kata tertentu, seperti أعجباني إكرامك مرتين أخاك.

g. Mashdar yang beramal harus mendahului ma'mulnya.

Mashdar yang beramal dibagi menjadi 3 yaitu

1. Mashdar dalam posisi mudhof

Mashdar yang beramal mudhof itu ada 5, yaitu mudhof kepada fa'ilnya lalu disusul dengan maf'ul bih, mudhof kepada maf'ul bih nya, mudhof kepada fa'il, tetapi maf'ul bih nya tidak disebutkan, mudhof kepada maf'ul bih nya, tetapi fa'il nya tidak disebutkan, dan mudhof kepada zharf.

2. Mashdar yang disertai ال

Mashdar yang didahului ال sangat sedikit menurut riwayat (sima'i) dan lemah menurut qiyas. Karena dengan didahului ال posisinya menjadi semakin tidak mirip dengan fi'il.

3. Mashdar yang tidak mudhof dan tidak disertai ال

Mashdar beramal yang tidak dalam posisi mudhof dan juga tidak didahului ال lebih dianalogikan (diqiyaskan) dengan amal mashdar itu ketika mudhof, karena menyerupai fi'il ketika dinakirahkan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mashdar adalah isim manshub yang berada pada susunan ketiga dalam tasrifan, mashdar dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan ketentuannya masing-masing. dari segi jumlah hurufnya mashdar di kelompokkan menjadi (al mashdar al mujarrad dan al mashdar al mazid). Menurut dasar dan acuan pengambilannya, mashdar di bagi menjadi (al mashdar al samai dan al mashdar qiyasi). Dari segi jenisnya ada mashdar (al mashdar al sharih dan al mashdar al mu’awwal).

Dari segi tujuannya ada mashdar (al mashdar al mubham dan al mashdar al mukhtasah). Dari segi karakteristik maknanya ada mashdar (al mashdar hissi, al mashdar qalbi, mashdar al ta’kid dan mashdar al marrah). Selain itu mashdar dikelompokkan menjadi (mashdar al hai’ah, mashdar al marrah, mashdar mimi, mashdar Sinai dan isim mashdar).

Mashdar beramal seperti fiilnya yaitu merafa’kan failnya dan menashabkan maf’ul bihnya

B.    Saran

Untuk memperdalam pengetahuan dalam bahasa arab kita perlu mempelajari ilmu alat seperti ilmu nahwu untuk mempermudah dalam menentukan konteks kalimat dalam bahasa arab, dan dapat memahami bahasa arab dengan baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

al – Galayini, Mustofa. 1944 . Jami’ al- Durus al- Arabiyyah . Bairut : al- Maktabah al – ‘Ashriyyah. Cet.III. 1984.

Anwar, Moch. 2019. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Jurumiyyah. Bandung : Sinar Baru Algasindo.

al- Murtajim, Abu Ahmad. Terjemah Kitab Mulakhos.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru yang Baik dan Professional dalam Mengajar

Guru yang Baik dan Profesional               Guru adalah orang tua kedua bagi para siswa ketika berada di sekolah. Yang tugasnya tidak h...