DAFTAR ISI
Daftar Isi..........................................................................................................
BAB I : Pendahuluan.......................................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................... 2
BAB II : Pembahasan.......................................................................................
A. Metode Pembelajaran ................................................................... 3
B. Pembelajaran menurut Jurgen Habermas ...................................... 4
C. Lembaga Pendidikan ................................................................... 5
BAB III : Penutup............................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................... 9
Daftar
Pustaka ............................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan bagian dari kegiatan bermasyarakat dan berbangsa. Kegiatan pendidikan
merupakan perwujudan dari cita-cita bangsa. Dengan demikian kegiatan pendidikan
nasional perlu di organisasikan dan di kelola supaya pendidikan nasional dapat
menjadi sarana untuk mewujudkan cita-cita nasional. Pendidikan sebagai hak
setiap warga Negara sehingga dalam pendidikan terdapat keragaman dari berbagai
sudut pandang yang menjadi tantangan dalam dunia pendidikan untuk menyatukan keragaman
dalam suatu tujuan pendidikan nasionl.
Keragaman yang
begitu banyak, disadari atau tidak dapat menimbulkan konflik social apabila
tidak dikelola dengan baik, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang ditandai kemajuan teknologi dan informasi telah mengubah kehidupan
masyarakat dari kurun waktu. Perubahan budaya masyarakat seiring dengan proses
globalisasi telah menembus pola kehidupan masyarakat baik melalui kondisi nyata
maupun dalam dunia maya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja metode pembelajaran dalam pendidikan multicultural
2 2. Bagaimana
pembelajaran yang humanis menurut Jurgen Habernas
3 3. Apa saja lembaga-lembaga
pendidikan non formal dan informal dalam penerapan pendidikan multikultural
C .Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui metode pembelajaran dalam
pendidikan multikultural.
2. Mengetahui pembelajaran yang huamanis
menurut Jurgen Habernas.
3. Mengetahui lembaga-lembaga pendidikan non
formal dan imformal dalam penerapan pendidikan multikutural.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode
pembelajaran dalam pendidikan multicultural
Metode atau (method) secara harfiyah berarti cara berasal dari Bahasa greeka,
metha, (melalui atau melewati) dan hodos (jalan atau cara) jadi metode bararti
jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum
metode berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik
supaya dapat tercapai tujuan dalam belajar dan mengajar.
Sebagai sebuah konsep yang di tuangkan kedalam sistem kurikulum, biasanya
pendidikan multicultural secara umum menggunakan metode yang beragam. Adapun
metode yang digunakan dalam pendidikan multicultural adalah sebagai berikut :
1.
Metode kontribusi
Penerapan metode ini pembelajar diajak berpartisipasi dalam memahami dan
mengapresiasi kultur lain. Pembelajar bisa melibatkan pelajaran atau pengalaman
yang berkaitan dengan peristiwa ini. Namun perhatian yang sedikit diberikan
kepada kelompok-kelompok etnik baik sebelum atau sesudah even dan sejarah
peristiwa bisa dieksplorasi secara mendalam.
2.
.Metode pengayaan
Metode ini memperkaya kurikulum dengan literatur dari atau tentang
masyarakat yang berbeda kultur atau agamanya penerapan metode ini misalnya
dengan mengajak pembelajar untuk menilai atau menguji dan kemudian
mengapresiasikan cara pandang masyarakat tetapi pembelajar tidak mengubah
pemahaman nya tentang hal itu seperti pernikahan.
3.
Metode
tranformatif
Metode ini memungkinkan pembelajar melihat konsep-konsep dari sejumlah
budaya etnik dan agama secara kritis. Metodo ini dapat mengubah struktur
kurikulum dan memberanikan pembelajar untuk memahami isu dan persoalan dari
beberapa etnik dan agama tertentu misalnya membahas konsep makanan halal dari
agama atau kebudayaan tertentu yang berpotensi menimbulkan konflik dalam
masyarakat. Metode ini menuntut pembelajar untuk mengolah pemikiran yang
kritis.
4.
Metode pembuatan
keputusan aksi social
Metode ini mengintegrasikan metode tranformasi
dengan aktifitas nyata dimasyarakat,yang pada gilirn nya bisa merangsang
terjadinya perubahan social. Pembelajar tidak hanya dituntut untuk memahami dan
membahas isu-isu social tapi juga melakukan sesuatu yang pemting berkaitan
dengan hal itu. Tujuan utama metode ini adalah untuk mengajarkan pembelajar
berfikir dan kemampuan mengambil keputusan.[1]
B. Pembelajaran
yang humanis menurut Jurgen Hubermas
Jurgen Habermas
filsuf yang berkebangsaan jerman lahir pada 18 juni 1929 berpendapat bahwa
belajar akan terjadi apabila ada interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Lingkungan yang dimaksud merupakan lingkungan belajar yaitu lingkungan alam
maupun lingkungan sosial, sebab diantara keduanya tidak dapat dipisahkan.
Jurgen Hubermas membagi tipe belajar menjadi tiga bagian yaitu:
1. Tehnical Learning (belajar teknis)
Adalah teknik
belajar dimana seseorang berinteraksi dengan sekitarnya, terutama lingkungan
alam. Mereka belajar tentang pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan
agar mereka bisa mengelola lingkungan alam secara baik dan benar.
2. Practival Learning (belajar praktis)
Adalah teknik
dimana seseorang mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial. Interaksi yang
terjadi secara benar pada individu yang belajar dengan lingkungan alam akan
tampak dari relevansinya dengan kepentingan manusia.
3. Emancipatory Learning (belajar emansipatoris)
Adalah teknik dimana
seseorang mencapai pemahaman dan kesadaran tinggi pada perubahan budaya sosial.
Peserta didik membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang benar guna
mendukung transformasi kultur yang terjadi. Ketika peserta didik sudah memiliki
pemahaman serta kesadaran terhadap kondisi perubahan kultural ini, maka peserta
didik dianggap sudah mampu mencapai tahap belajar yang paling tinggi.[2]
C. Lembaga-lembaga
pendidikan nonformal dan informal dalam penerapan pendidikan multicultural
1.
Lembaga
Pendidikan Nonformal
Dalam
undang-undang nomor 20 (2003:72) lembaga pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang di laksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Lembaga pendidikan nonformal merupakan lembaga pendidikan yang
disediakan bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti ataupun menyelesaikan
pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal. Pendidikan nonformal
semakin berkembang dengan bukti semakin dibutuhkannya keterampilan pada
seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
Contoh lembaga
pendidikan nonformal:
1.
Lembaga khusus
dan pelatihan
Lembaga khusus
dan pelatihan adalah pendidikan nonformal yang di selenggarakan oleh sekelompok
masyarakat untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental tertentu
kepada peserta didik. Contoh nya lembaga khusus computer,lembaga kursus seni
music ,lembaga kursus kerajinan tangan, lembaga kursus Bahasa asing
2.
Kelompok belajar
Kelompok belajar adalah pendidikan nonformal
yang terdiri dari sekelompok masyarakat yang saling berbagi pengalaman dan
kemampuan satu sama lain.
3.
Pusat kegiatan
belajar masyarakat
Menurut sutaryat,
pusat kegiatan belajar masyarakat adalah pendidikan nonformal yang berfungsi sebagai
tempat untuk belajar dari atau oleh dan untuk masyarakat. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi, dan bakat anggota
masyarakat sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.
4.
Majlis ta’lim
Majlis ta’lim
adalah pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap hidup yang berhubungan dengan
agama islam contohnya kelompok yasinan, kelompok pengajian , pengjian kitab
kuning, salafiyah.
5.
Satuan pendidikan
sejenis
Satuan pendidikan
sejenis adalah pendidikan nonformal yang dilakukan oleh masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap, dimana cakupan nya luas dan
memerlukan landasan hukum, contohnya pra sekolah (kelompok bermain,penitipan
anak), balai latihan dan penyuluhan, kepramukaan.(pendidikan nonformal)[3]
2.
Lembaga
Pendidikan Informal
Dalam undang-undang nomor 20(2003:72) pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungna. Lembaga pendidikan informal adalah
pendidikan yang ruang lingkupnya lebih terarah pada keluarga dan masyarakat.
Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang pertama,dikatakan pertama karena
anak itu pertama kali berkenalan dengan lingkungan dan mendapatkan pembinaan
dari sebuah anggota keluarga. Pendidikan pertama ini dapat dipandang sebagai
peletak pondasi pengembangan-pengembangan berikutnya.
Contoh pendidikan informal:
1.
Seorang ibu yang
mengajarkan anaknya untuk berlaku sopan dan menjaga etika, seorang ayah yang
mendidik anaknya agar bertanggung jawab, kakek yang menasehati cucunya agar
berlaku jujur dan lain sebagainya.
2.
Pendidikan anak
usia dini pada alur pendidikan informal berbentuk pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan. Pendidikan yang dilakukan oleh keluarga adalah salah satu
dasar yang akan membentuk watak, kebiasaan, dan perilaku anak di masa depannya
nanti.[4]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan pendidikan multicultural dalam
pembelajaran menggunakan beberapa metode/cara yang beragam untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada
interaksi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosial. Adapun di dirikannya lembaga-lembaga pendidikan seperti
lembaga pendidikan formal, lembaga pendidikan nonformal dan lembaga pendidikan
informal sangat berperan penting untuk perkembangan peserta didik agar
kedepannya lebih terarah dan memiliki masa depan yang cerah.
DAFTAR PUSTAKA
https://andiplumpang.wordpress.com
Marzuki M.Saleh, Pendidikan Nonformal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar