BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di
era globalisasi ini kebudayaan dari luar begitu mudah masuk ke Indonesia
sehingga kita harus lebih pandai dalam menyaring kebudayaan tersebut.Budaya
masyarakat Indonesia sendiri yang beraneka ragam mewajibkan kita untuk membahas
multikulturalisme keanekargaman yang berupa ras ,suku,budaya,agama dapat
menimbulkan konflik antar sesame manusia dalam berkehidupan.Sebagaimana
pengertian multikulturalisme yaitu pemahaman tentang banyaknya kebudayaan
.Dengan mempelajari multikulturalisme kehidupan bermasyarakat ,berbangsa dan
bernegara akan terjalin dan damai.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian multikultural menurut islam?
2.
Bagaiman
multikultural berdasarkan Al-Quran dan Hadist?
3.
Apa
nilai-nilai pendidikan multicultural dalam Al-Qur’an?
4.
Bagaiman
multikulturalisme di kalangan para ulama?
5.
Bagaiman
tradisi Multikulturalisme dikalangan Sahabat dan Tabiin?
C. Tujuan
pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian multicultural
menurut islam
2. Untuk mrengetahui multicultural
berdasarkan Alquran dan Hadist
3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan
multicultural dalam Alquran
4. Untuk mengetahui multikultur dikalangan
ulama
5. Untuk mengetahui multikultur dikalangan
sahabat dan tabiin
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian multikultural dalam islam
Diantara
idealitas keagamaan Islam sebagaimana tertulis dalam Alquran adalah untuk saling mengenal dan menghormati
berbagai budaya,ras,dan agama sebagai realitas kemanusiaan. Secara sederhana
multicultural berarti “keberagaman budaya “. Sebenarnya ada tiga istilah yang
sering digunakan untuk menggambarkan masyarakat yang mempunyai keberagam
tersebut. (Agama, ras , bahasa, dan budaya yang berbeda ) yaitu pluralitas
(plurality) keragaman (Diversity) dan multikultural (multicultural).[1]
2. Multikultural dalam Alquran dan Hadist
Multikulturalisme
diterangkan pada Q.S. Alhujurat ayat 13
يايها
الناس انا خلقنكم من ذكر وانثى وجعلكم شعوبا وقبائل لتعا رفوا ان اكرمكم عندالله
اتقكم ان الله عليم خبير
Berdasarkan
ayat ini dapat dipahami bahwa semua manusia derajat kemanusiaannya sama disisi
Allah,tidak ada perbedaan antara satu suku dengan yang lainnya. Tidak ada juga
perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan karena semua
diciptakan dari seorang laki-laki dan perempuan.karena itu,yang membedakan
seseorang adalah ketakwaannya kepada Allah.
M.Quraish Shihab dalam tafsir Al Mishbah
terjemahan alquran surat al-hujurat ayat 11-13 menyatakan bahwa nilai
pendidikan multicultural yang terkandung dalam ayat tersebut adalah nilai
perdamaian antara sesame mukmin,nilai
keadilan,persaudaraan
sesame mukmin(nilai humanism),kerukunan,dan kesetaraan yaitu semua manusia
derajat kemanusiaanya sama disisi Allah tidak ada perbedaan antara satu suku
dengan yang lainnya . dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa tidak wajar seseorang
berbangga dan merasa diri lebih tinggi dari yang lain,bukan saja antar satu
bangsa ,suku,ataun warna kulit.[2]
Multikulturalisme
tidak ada paksaan dalam memilih apa yang
menjadi pilihanya,baik kepercayaan,ras,dan budaya. yang telah tertera dalam Q.S
Albaqarah ayat 256 yang artinya:
لآ
اكراه فى الدين قدتبين الرشد من الغى فمن بكفر بالطغوت ويؤمن بالله فقد استمسك
بالعروة الوثقى لاانفصام لها والله سميع عليم
Selain
dalam Alquran multikultural juga diterangkan dalam hadist .
Anas bin Malik meriwayatkan yaitu sebagai berikut:
عن
انس ان رسىىول الله صلى الله علىه وسلم قال :والذي نفسى بىده لايؤمن عبد حتى يحب
لجاره ما يحب لنفسه(اخرجه مسلم وابو يعلى)
Dalam
menggambarkan kualitas keimanan seseorang,tidak hanya cukup hanya mencintai
diri sendiri, namun juga harus dicerminkan juga dengan mencintai semua
tetangganya . Kata ”Tetangga” dalam hadist tersebut cakupannya umum yaitu
tetangga sesama orang muslim atau tetangga non muslim.
عن ابن عمرو ان رسول الله صلى الله
عليه وسلم قال :خير الأصحاب عند الله خير هم لصا حبه وخير الجير ان عند الله خير
هم لجارد(اخرجه احمد, والترمذى وابن حبان ,والحاكم والبيهقى فى التعب سعىد بن
منصور والدارمى والبخارى فى الأدب المفرد وابن حزيمه)
(HR.Ahmad :6566.Turmudzi:1944.Ibnu
Hibban:518.Hakim:1620.Baihaqi dalam Syu’abi Iman :9541.Sa’id Bin
Mansur:2388.Darimi:2437.Bukhori dalam Adab Mufrod :115. Ibnu Khuzaimah :2539.)
Dijelaskan
dari hadist tersebut bahwa sebaik-baiknya orang muslim adalah muslim yang terbaik
dalam muamalahnya dengan semua tetangganya, baik tetangga muslim maupun
tetangga non muslim, karena semuanya berhak memperoleh kedamaian. Inilah
sebabnya sejarah membuktikan bahwa berdampingan dengan Rasulullah, sebelum
Madinah dinyatakan sebagai tanah haram(yang tidak boleh dihuni kecuali orang
muslim), Rasulullah SAW. berdampingan damai dengan orang Nasrani, Yahudi,
Majuzi, bahkan Al Syabi’ah.[3]
3. Nilai –nilai pendidikan multicultural dalam alquran
·
Pengertian
nilai
Nilai
artinya sifat-sifat (hal-hal)yang penting atau berguna bagi
kemannusiaan.maksutnya kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan
maka nilai itu berhubungan dengan hal yang bermanfaat sebagai acuan terhadap
sesuatu sehingga mendapatkan penghargaan atau labelitasnya sendiri.
Menurut
Djahiri dalam buku Alrosyidin,nilai merupakan suatu harga yang diberikan oleh
seseorang atau kelompok orang terhadap sesuatu ,yang meliputi
materil,immaterial ,personal dan kondisional.dapat diartikan juga sebagai harga
yang dibawakan atau menjadi jati diri manusia itu sendiri.
·
Nilai-nilai
multikultural
a. Al Musyawarah(Musyawarah)
Hamka
dalam tafsirnya membagi perkara atau urusan itu menjadi 2, yaitu urusan agama
dan urusan dunia. Urusan agama terdiri dari ibadah, syari’at, dan hukum dasar
yang bersumber dari wahyu Allah, persoalan tersebut Nabi Muhammad SAW. Sebagai
pemimpinnya dan wajib tunduk kepadanya. Akan tetapi mengenai urusan dunia maka
hendaklah di musyawarahkan berdasarkan pertimbangan kemaslahatan, mana yang
lebih baik untuk umum dan mafsadatnya.[4]
b. Al Musawah ( persamaan / kesetaraan )
Islam
merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai nilai persamaan (kesetaraan) dan
anti diskriminasi, Karena islam merupakan agama kedamaian.Dalam Alquran
terdapat beberapa ayat yang menekankan nilai-nilai persamaan diantaranya dalam
Q.S al-Hujurat:13,dalam surat ini ada dua versi, Verdi pertama yakni semua orang mulanya dijadikan dari
seorang laki-laki dan perempuan yaitu Adam dan Hawa.versi yang kedua yaitu
segala manusia sejak dahulu terjadi seorang laki-laki dan perempuan yaitu bapak
dan ibu
c. Ukhuwah ( persaudaraan )
Ukhuwah
pada mulanya berarti” persamaan dan keserasian dalam banyak hal” baik
persaudaraan karena keturunan maupun persaudaraan karena persaman sifat sifat[5],Hamka
dalam tafsiranya menguraikan bahwa pokok dari persaudaraan adalah ikatan iman
dalam hatinya ,maka mereka tidak mungkin bermusuhan.
d. Al adlu ( keadilan )
Konsep
keadilan dalam perspektif al quran dapat di lihat pada penggunaan lafaz al adlu
dalam berbagai bentuk perubahannya. Muhammad Fuad Abdul Baqiy dalam kitab al
Mu’jam al Mufabras li Alfaz beliau mengemukakan bahwa lafaz al adlu dalam al
quran di sebutkan ebanyak 28 kali yang terdapat pada 28 ayat dalam 11 surat[6].Adapun
ayat yang dijadikan dalil utama buya Hamka dalam konsep keadilan adalah Q.S
alNisa:135. Pada ayat tersebut memerintahkan seseorang untuk berani
mengatakan kebenaran ,sebab kebenaran dan keadilan adalah dua arti dari maksut
yang satu manusia dituntut untuk menyatakan keadilan karena ia bertanggung
jawab kepada Allah SWT.
e.Ta’aruf
(Saling Mengenal)
Kata
al-Ta’aruf berasal dari kata ‘arafa yang berarti mengenal
kemudian akan mendapat tambahan alif yang berarti saling mengenal.
f. Ta’awun(Saling Tolong Menolong )
Tolong menolong dalam islam sering disebut Ta’awun .
saling membantu satu sama lain baik dengan sesame agama maupun berbeda
agama,baik sesame ras maupun berbeda ras,dalam islam tak ada perbedan antara
sesama semuanya sama dimata Allah yang membedkan adalah ketaatannya .
4.Multikulturalisme dikalangan Ulama
Peran ulama dalam pembentukan masyarakat
multikultural,seorang Dai/Daiyah tidak hanya pandai dlam perpidato,ulama
haruslah orang yang berilmu dan
berwawasan luas ilmu yang dimiliki haruslah ilmu yang dapat bermanfaat bagi
seluruh masyarakat ,kesetaraan antar umat,mengangkat harkat dan martabat
,memperdayakan potensi umat untuk mengarah kepada perubahan yang lebih baik .
Tidak hanya itu para ulama dalam menyampaikan dakwahnya mempunyai cara yang
berbeda –beda agar para pendengar mengerti maksud dari isi yang
disampaikannya.Ulama dituntut untuk
mengetahui skala prioritas materi yang didakwahkanya yang terkait dengan
kebutuhan masyarakatnya.
Para
ulama adalah pewaris nabi dituntut untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
diatas sehingga ia memiliki keteladanan
yang baik bagi umatnya. Tanpa keteladanan seruan dakwahnya akan didengar tapi
justu akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri karena keteladanan lebih
ampuh daripada petuah. Nabi Muhammd SAW adalah sosok yang menkampanyekan
nilai-nilai diatas dari pelosok lainya.
Ibnu
Jarir Ath-Thabari berpendapat bahwa ayat [7]
penghargaan terhadap keragaman menjadi jembatan yang mengakomodasikan perbedaan
etnik dan budaya dalam masyarakat yang beragam. Dimensi multikulturalisme dalam
alquran memberikan makna penghargaan terhadap perbedaan antara keragaman baik
ras ,warna kulit ,bangsa,dan agama.
5.Tradisi multikulturalisme para Sahabat
dan Tabiin
Kita
lihat budaya islam yang banyak berubah dari zaman rasulullah sampai sekarang
.contoh paling terlihat adalah beribadah,yang dulu selalu mangikuti rosulullah
sekarang harus berijtihad terlebih dahulu .bahkan di Indonesia banyak budaya
yang belum pernahdiajarkan Rosulullah. Seperti tahlil ,para ulama Indonesia
berijtihat untuk menentukan hokum tahlil
tetapi banya pro-kontra yang terjadi.banyak ulama yang mengatakan bahwa tahlil itu bid’ah dan ulama yang
menyetujui tahlil berpendapat bahwa bid’ah itu ada dua yaitu bid’ah
hasanah(baik) dan bid’ah dholalah(buruk) dan tahlil itu termasuk dalam bid’ah
hasanah.dilihat dari teori evolusi bahwa semakin modern zaman ini maka semakin
banyak perubahan pada budaya tersebut,
akan tetapi ada sesuatu yang membuat perubahan budaya yang membuat
perubahan budaya itu,baik positif atau negative.
Pada
budaya islam ini,khususnya di Indonesia terjadi banyak perbedaan budaya yang
membuat islam terpecah belah .hal ini dikarenakan perubahan budaya itu. Sampai
yang terjadi pengrusakan pada masjid karena perbedaan pendapat itu.tidak hanya
di Indonesia di Arab Saudi pun banyak terjadi perbedaan yang membuat islam
terpecah belah dan anarkis ,karena perubahan budaya itu sendiri contoh wahabi
yang meloncat jauh dari kebudayaan pada zaman nabi Muhammad SAW[8]
.
Ada
beberapa kebiasaan para sahabat berdasarkan ijtihad mereka sendiri dan kebiasaan itu disambut dengan baik oleh
Rosulullah SAW bahkan pelakunya diberi kabar
gembira akan masuk surga ,mendapatkan ridha Allah ,diangkat derajatnya
oleh Allah ataupun dibukakan untuknya pintu- pintu surga.
Sebagaimana
digambarkan dalam Shahih Bukhori dan Muslim ,perbuatan sahabat Bilal yang
selalu melakukan shalat dua rakaatsetelah bersuci . perbuatan ini disetujui oleh
Rosulullah dan dikabarkan bahwa pelakunya adalah orang-orang yang lebih dahulu
masuk surga.
Contoh
lain yang diriwayatkan dalam Hadist Imam
Bukhori tentang sahabat Khubaib yang melakukan shalat dua rakaat sebelum dia
dihukum mati oleh kaum Quraisy ,kemudian
itu disetujui oleh Rasulullah setahun
setelah meninggalnya.
Rasulullah
bersabda “Sesungguhnya Jibril telah memberitahuku bahwa Allah sedang
berbangga-bangga dengan mereka dihadapan para malaikat”.[9]
Para
sahabat nabi pun menerapkan sikap yang ditimbulkan dari pelajaran multicultural
seperti toleransi yang dikisahkan sebagai berikut:
Pada suatu hari Sahabat Umar dan salah
seorang saphorinus gereja tua bernama Holy Sapulchre .Saat tiba waktu shalat
,beliau ditawari menjadi Shaporinnus shalat dalam gereja itu.lalu Umar menolak
sraya berkata ,”Jika saya shalat didalam , orang islam setelah saya akan
beranggapan ini milik mereka hanya karena saya pernah shalat disitu”.Kemudian
beliau mengambil batu lalu melemparnya keluar gereja.Dan ditempat batu itu
jatuhlah beliau menunaikan shalat.Umar kemudian menjamin bahwa gereja itu tidak
akan diambil atau dirusak sapai kapan pun dan tetap terbuka untuk peribadatan
orang Kristen .
Toleransi ini lalu diabadikan dalam piagam
perdamaian yang dinamakan al-Uhda al-Umariyyah yang sama dengan Piagam Madina
.dibawah ini kepemimpinan Umar hak dan kewajiban mereka dijamin serta
dilindungi.Tidak menghairahkan jika kemudian sebagai balas budi,Sophorinus juga
menyatakan jaminan nya “kami tidak akan mendirikan monastery ,gereja atau
tempat pertepaan baru dikota kami ,kami juga akan menerima musafir
muslimkerumah kami dan memberi mereka makan dan tempat tinggal untuk tiga malam
,kami tidak akan mengucapkan uacapan selamat yang diucapkan oleh orang
islam,kami tidak akan memasang salib dijalan –jalan atau pasar –pasar milik
umat islam .[10]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Multikultural adalah keberagaman antara satu sama
lain baik agama,ras,budaya, suku dan
sebagainya, dalam Alquran telah
dijelaskan bahwa kita sebagai sesama makhluk Allah harus saling menghargai
perbedaan yang telah Allah berikan sebagai tolok ukur seberapa besar rasa
peduli kita terhadap toleransi yang ada.belajarlah untuk menghargai apa yang telah menjadi pilihan sebuah kaum
dan jangan membandingkan dengan dirimu
sendiri karena itu bukanlah sebuah tindakan toleransi dalam multikulturalisme.
B. Saran
Berdasarkan makalah diatas saran kami tetaplah menjaga
toleransi terhadap multikultur yang ada
di Indonesia, agar keberagaman yang ada tidak musnah termakan oleh waktu dan
ketidak sadaran terhadap sesama.pendidikan multikultural memang perlu diajarkan
kepada semua orang agar ada rasa kesadaran terhadap sesamanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Jurnal
Al-muta;aliyah STAI Darul Kamal Kembang Kerang volume no.1,2017(pendidikan multikultural dalam
prespektif Alquran dan Hadist).
https://www.dapurpendidikan.ac.id
Hamka, Tafsir Al Isbar, Jilid.II
(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h.166
[1] Jurnal Al-muta;aliyah STAI Darul Kamal Kembang Kerang volume
no.1,2017(pendidikan multicultural dalam prespektif Alquran dan Hadist).
[2] Jurnal.uinbanten.ac.id,volume 3 nomer,2016(Multikulturalisme
Dalam Alquran Hadist Piagam Madina).
[3] https://www.dapurpendidikan.ac.id
[4] Hamka, Tafsir Al Isbar, Jilid.II (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1983), h.166
[5] Persaudaraan karena sifat sifat ini antara lain di tujunjukan dalam
Q.s Al isra ayat 27 yang berbicara tentang persaudaraan ( persamaan ) sifat
sifat manusia yang boros dengan setan. Lihat Quraish Shihab, Membumikan Al
quran , h.357.
[6] Muhammad Fu’ad Abdul Baqiy ,al-Mu’jam al-Mufabras li Alfaz al Quran
(Indonesia:Maktabah Dakhlan,1939),h.569-570.
[7] Q.s al Hujurat ayat 13
[8] https://www.kompasiana.com
[9] https://islam.nu.or.id
[10] (lihat al-Tabari,Tarikh al-Umam wa al-Muluk ,juga History
al-Tabari :The Caliphate of Umar ibn al-Khattab Trans Yohanan Fiedman,Albay ,1992,p
191)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar