Senin, 07 September 2020

Psikologi Perkembangan - Masa Kanak Kanak

PERKEMBANGAN PADA MASA KANAK-KANAK

Ø  Menurut Hurlock (Herlina, 2013:17), masa kanak-kanak dimulai saat anak dapat berdiri sampai dengan mencapai kematangan. 

Ø  Aristoteles mengemukakan bahwa masa kanak-kanak berada pada rentang usia 0-7 tahun. 

Ø  Stanley Hall, ahli psikologi perkembangan, masa kanak-kanak itu berada pada rentang usia 04 tahun. 

Ø  Jean Jacques Rousseau, mengatakan masa kanak-kanak berada pada rentang usia 2-12 tahun.

Hurlock (Herlina, 2013:17) yang membagi masa ini menjadi dua periode:

1. Masa Kanak-Kanak Awal (Early Childhood). Masa ini berada pada rentang usia 2-6 tahun. 2. Masa Kanak-Kanak Akhir (Late Childhood). Masa ini berada pada rentang usia 6-12 tahun.

Seorang Anak Bermain Gelembung Sabun

TUGAS PERKEMBANGAN

Menurut Havighurst (Sitti Hartinah, 2008:43), tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul dalam suatu periode tertentu dalam kehidupan seseorang. Tugas tersebut harus dikuasai dan diselesaikan guna memberikan kebahagiaan dan keberhasilan pada tugas perkembangan selanjutnya. Apabila tugas ini tidak dapat diselesaikan, maka akan muncul ketidakbahagiaan dalam diri, penolakan dari luar seperti tidak diterimanya seseorang dari masayarakat, dan kesulitan pada pelaksanaan tugas perkembangan selanjutnya.

 Tugas perkembangan masa kanak-kanak awal menurut Havighurts adalah:

1.    Belajar mengerti tentang perilaku seks yang benar.

2.    Belajar membedakan benar dan salah dalam hubungannya dengan orang-orang di luar rumah terutama di lingkungan tetangga, sekolah dan teman bermain.

3.    Belajar mengembangkan hati nurani.

4.    Belajar memberi dan menerima kasih sayang.

 Sedangkan tugas perkembangan masa kanak-kanak akhir adalah:

1.    Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan.

2.    Membangun sikap yang sehat sebagai individu yang sedang berkembang.

3.    Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya.

4.    Belajar mengembangkan peran sosial sebagai pria atau wanita.

5.    Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung.

6.    Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dalam pergaulan lingkungannya.

7.    Mengembangkan moral, nilai, dan hati nurani.

8.    Mencapai kebebasan pribadi.

9.    Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial juga lembaga.


PERKEMBANGAN KOGNITIF

Keat (Sitti Hartinah, 2008: 36) melihat secara umum perkembangan mental atau perkembangan kognitif sebagai proses-proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan perbandingan, berpikir, dan mengerti. Ia selanjutnya juga menjelaskan bahwa proses mental tersebut tidak lain adalah proses pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, intelegensia, belajar, pemecahan masalah, dan pembentukan konsep. Lebih luasnya menjangkau kreativitas, imajinasi, dan ingatan.

Berdasarkan teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Jean Peaget (Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin, 2011: 35) masa kanak-kanak awal berada pada tahapan praoperasional. Periode ini ditandai dengan kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan simbol berupa kata-kata, gesture, dan benda. Fungsi simbolik ini bisa nyata bisa pula abstrak, contoh pisau plastik merupakan sesuatu yang nyata, mewakili pisau yang sesungguhnya.

Berk (Herlina, 2013: 24) menggambarkan perkembangan kognitif masa kanak-kanak pada umumnya seperti ditunjukan dalam tabel di bawah ini:


USIA PENCAPAIAN KOGNITIF

2-4 tahun          

Ø  Menunjukkan peningkatan yang mengagumkan dalam kegiatan representasional (kegiatan yang ada dalam kehidupan nyata), yang ditunjukkan dalam perkembangan bahasa, permainan berpura-pura, menggambar, dan memahami representation.

Ø  Dapat menggunakan perspektif orang lain dalam situasi yang dikenal dan sederhana, dan dalam komunikasi sehari-hari dan face-to-face.

Ø  Membedakan makhluk hidup dari benda mati:  menolak bahwa sihir dapat mengubah pengalaman sehari-hari.

Ø  Memahami adanya konservasi, melihat/ memperhatikan adanya trnasformasi, dan memberikan penjelasan logis dalam konteks yang dikenal dan sederhana.

Ø  Menemukan ide tentang karakteristik yang mendasari pembagian anggota kelompok.

4-7 tahun          

Ø  Kesadaran terus meningkat bahwa berpura-pura dan proses berpikir lainnya merupakan kegiatan representasional.

Ø  Menggantikan keyakinan magis tentang peri, hantu, dan kejadian-kejadian yang melanggar ekspektasi dengan penjelasan yang masuk akal.

7-11 tahun        

Ø  Berpikir dengan cara yang lebih logis dan teratur tentang informasi konkret, yang ditunjukkan dengan penguasaan secara bertahap tentang kemampuan konservasi, inklusi kelas, dan masalah seriasi (kemampuan untuk menyusun item-item berdasarkan dimensi kuantitatif, misalnya panjang atau berat) sebagaimana dikemukakan oleh Piaget, termasuk melakukan penyimpulan transitif (kemampuan melakukan seriasi secara mental)

 

Dalam kehidupannya, mungkin saja pada masa kanak-kanak mereka dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah yang lebih kompleks pada diri mereka. Sebelum mereka mampu menyelesaikan persoalan, mereka perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya.


PERKEMBANGAN BAHASA

Menurut Miller (Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin, 2011: 38), bahasa adalah suatu urutan katakata, bahasa juga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda.

Bahasa merupakan perwujudan fungsi-fungsi kognitif. Menurut Hurlock (Herlina, 2013:26), pada masa kanak-kanak awal, perkembangan bahasa ditandai dengan:

1.    Pengucapan kata-kata: anak sulit mengucapkan bunyi tertentu dan kombinasi bunyi seperti z, w, d, s, g dan kombinasi huruf mati st, str, dr, fl.

2.    Menambah kosa kata.

3.    Membentuk kalimat.

Sedangkan perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak akhir ditandai dengan:

1.    Mengembangkan kosa kata sekitar 40.000 kata.

2.    Memahami bentuk-bentuk tata kalimat yang kompleks.

3.    Menangkap makna ganda dari kata-kata seperti dalam humor.

4.    Mempertimbangkan kebutuhan dari pendengar dalam situasi yang kompleks.

5.    Merancang strategi dalam berbicara namun isi pembicaraan cenderung merosot.


PERKEMBANGAN SOSIAL

Perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan harapan sosial yang ada. Menurut Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin (2011: 36) Proses menuju kesesuaian tersebut paling tidak mencakup tiga komponen, yaitu belajar berperilaku dengan cara yang disetujui secara sosial, bermain dalam peranan yang disetujui secara sosial, dan perkembangan sikap sosial.

Pada masa kanak-kanak awal, perkembangan sosial ditandai dengan adanya sosialisasi dengan kelompok teman sebaya sebagaimana dipaparkan oleh Hurlock (Herlina, 2013: 32) terjadi melalui proses sebagai berikut:

1.    Setelah pada masa bayi cenderung melakukan permainan yang bersifat menyendiri (Solitary play), pada awal masa kanak-kanak ini, seorang anak mulai menunjukkan minat yang nyata untuk melihat teman-temannya dan berusaha mengadakan kontak sosial, tapi bermain sendirisendiri, tidak bermain dengan anak lain, walaupun ada bersama-sama (Parallel play, usia 2-3 tahun).

2.    Secara bertahap, anak mulai terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain (Assosiative play).

3.    Pada sekitar usia 3 tahun, anak mulai bermain pura-pura (Make believe play), misalnya bersama temannya bermain berpura-pura menjadi polisi dan perampok.

4.    Pada akhir tahun ke-3 (tahun ke-4), sejalan dengan meningkatnya kontak sosial, anak menjadi aggota kelompok dan saling berinteraksi (Cooperative play), misalnya melakukan permainanpermainan yang memiliki aturan-aturan dan menguji keterampilan, seperti permainan melempar dan menangkap bola.

Pada masa pra sekolah, persahabatan menjadi semakin penting. Pada masa ini, anak lebih suka bermain dengan teman yang memiliki jenis kelamin yang sama dan seringkali mulai membentuk hubungan “teman akrab” dengan teman-teman sebaya tertentu, atau bermain sendiri, terpisah dengan orang tuanya. Anak mulai menunjukkan keinginan kuat untuk bebas dan menentukan pilihan sendiri, misalnya dalam memilih pakaian, makanan, aktivitas, dan sebagainya. Namun sebagian besar anak pada masa pra sekolah masih tetap membutuhkan arahan dan pengawasan orang dewasa dalam memperoleh kebutuhannya, karena masih banyak keterampilan sosial yang perlu dimiliki anak sejalan dengan perkembangannya untuk belajar berkompromi, berbagi, dan bergiliran. (CDC dalam Herlina, 2013: 33)

Hurlock  (Herlina, 2013) menyatakan bahwa pada masa kanak-kanak akhir, perkembangan sosial ditandai dengan:

1.    Menunjukkan minat yang nyata terhadap teman-temannya dan berusaha mengadakan kontak sosial.

2.    Anak berminat dalam kegiatan0kegiatan dengan teman-teman dan ingin menjadi bagian dari kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan pola perilaku, nilai-nilai, dan minat anggota-anggotanya (Usia Berkelompok). Ia harus ‘berjuang’ untuk mencapai hal ini.

3.    Menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi.

4.    Terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain. 

Hurlock menyatakan indikator dari perilaku sosial yang sukses adalah kerjasama, persaingan yang sehat, kemauan berbagi, minat untuk diterima, simpati, empati, ketergantungan, persahabatan, keinginan bermanfaat, imitasi, dan perilaku lekat. Perkembangan emosi yang merupakan proses pengembangan kemampuan untuk tanggap secara emosional, terkait erat dengan perkembangan sosial. Respon yang nyaman menimbulkan penerimaan sosial yang baik. (Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin, 2011: 37)


PERKEMBANGAN EMOSI

Emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan perubahan atau perilaku fisik, seperti marah yang ditunjukkan dengan teriakan keras atau tingkah laku lainnya. 

Patty F. (Sitti Hartinah, 2008), menjelaskan emosi merupakan reaksi individu terhadap suatu perubahan pada situasi yang sekonyong-konyong sehingga tidak dapat bertindak dengan suatu tujuan tertentu. Reaksi tersebut berupa terkejut, takut, sedih, marah, atau gembira terhadap kejadian orang atau objek di luar individu. Gelaja emosi yang lain adalah rasa takut, cinta, sedih, dan duka cita, ingin tahu, dan penasaran. 

Emosi juga merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak dalam diri individu yang sifatnya disadari. 

Daniel Goleman (Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin, 2011: 41), seorang pakar Kecerdasan Emosional (EQ) merumuskan emosi sebagai sesuatu yang merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Zeman (Herlina, 2013: 34), studi tentang perkembangan emosi bayi dan anak-anak relatif baru, baru diteliti secara empirik selama beberapa dekade yang lalu.

Secara ringkas, Zeman (Herlina, 2013:35-39) merangkum perkembangan emosi masa kanak kanak sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut:



USIA PERKEMBANGAN EMOSI

Ø  2 tahun anak mulai mengembangkan kemampuan berempati.

Ø  3 tahun anak belajar bahwa ekspresi kemarahan dan agresi dikendalikan dengan hadirnya orang dewasa. 

Ø  4 tahun anak mampu merubah ekspresi emosi.

Ø  Permulaan usia 4-5 tahun anak mengembangkan pemahaman yang sangat baik tentang keadaan emosional orang lain.

Ø  7-11 tahun anak menunjukkan bermacam-macam keterampilan pengaturan diri.

      Anak sensitif terhadap tanda-tanda kontekstual sosial yang diberikan sebagai pengarah untuk mengekspresikan atau mengendalikan emosi negatif.

      Anak mengembangkan seperangkat harapan tentang hasil dari mengekspresikan emosi kepada orang lain.

      Anak memahami bahwa keadaan emosional seseorang tidak sesederhana seperti yang mereka bayangkan di tahun sebelumnya.

      Anak memahami bahwa mungkin saja seseorang mengalami lebih dari satu emosi pada satu waktu.

      Anak laki-laki kurang terbuka untuk menunjukkan emosi takut pada distres dibandingkan dengan anak perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru yang Baik dan Professional dalam Mengajar

Guru yang Baik dan Profesional               Guru adalah orang tua kedua bagi para siswa ketika berada di sekolah. Yang tugasnya tidak h...