KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
yang telah menurunkan Al-Quran dalam bahasa Arab (bahasa yang sebaik-baik,
bahasa yang seindah-indah dari bahasa lainnya) dan telah memberikan
kemudahan dalam mempelajarinya. Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah
dan aku bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah Rasul Allah yang diutus dengan
membawa ajaran dan pedoman hidup yang baik untuk manusia di dunia dan akhirat.
Sebagai umat islam, kita
dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al-Quran dan Sunnah, sebagai dua
sumber utama ajaran islam yang harus kita pegang teguh. Tentunya kita tidak
mungkin memahami kedua sumber tersebut kecuali setelah mengetahui kaidah-kaidah
bahasa Arab, khususnya ilmu Nahwu dan Sharaf, karena keduanya merupakan kunci
dalam mempelajari Al-Quran dan Sunnah.
Dalam makalah ini,
penulis mencoba memberikan penjelasan tentang salah satu objek kajian ilmu
Nahwu yaitu tentang Maf”ul Fih. Semoga dengan dibuatnya
makalah ini menjadi bekal yang bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis,
untuk memperoleh berbagai kemudahan dalam mempelajari Al-Quran dan Sunnah.
Amin.
Walaupun demikian,
penulis menyadari masih banyak kekurangan serta keterbatasan dalam pembahasan
makalah ini. Untuk itu saran, kritik serta koreksi sangat penulis harapkan
untuk memperoleh sebuah kesempurnaan di masa depan kelak. Kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT semata.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Maf’ul Fiih (zharaf)
B. Zharaf
Zaman
C. Zharaf Makan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Untuk dapat mengusai al-Qur’an dan sunnah
serta bahasa arab, baik dalam menuis, membaca dan melafalkan maka harus
mengusai kaidah-kaidah yang ada di dalamnya. Untuk belajar bahasa dan susunan kata tersebut perlu adanya ilmu Nahwu.
Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari yang mempelajari kaidah-kaidah dalam
bahasa arab.
B. Rumusan masalah
1.
Apa
Pengertian Maf’ul Fiih?
2.
Apa
Pengertian Zharaf Zaman?
3.
Apa
Pengertian Zharaf Makan?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari maf’ul fiih
2.
Untuk
mengetahui pengertian dari zharaf zaman
3.
Untuk
mengetahui pengertian zharaf makan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Maf’ul Fiih (zharaf)
Maf’ul
fih adalah isim
manshub yang disebutkan
untuk menjelaskan waktu atau tempat
terjadinya fi’il (yaitu
menjadi jawaban dari pertanyaan “Kapan atau dimana terjadinya
fi’il?”). Maf’ul fih juga dinamakan zharaf zaman apabila menunjukkan kepada
waktu terjadinya fi’il
dan dinamakan zharaf makan apabila menunjukkan kepada tempat
terjadinya fi’il.
B. Zharaf Zaman
Definisi zharaf zaman:
ظرف الزمان هو اسم الزمن المنصوب بتقدير في. نحو اليوم و
الليلة و غدوة و بكرة وسحرا وغدا وعتمة وصباحا ومساء وأبدا وأمدا وحينا وماأشبه ذلك.
Artinya:
zharaf zaman adalah isim zaman (waktu) yang dibaca nashob,
dengan memperkirakan makna في (pada/dalam), seperti
lafadh:
اليوم و
الليلة و غدوة و بكرة وسحرا وغدا وعتمة وصباحا ومساء وأبدا وأمدا وحينا وماأشبه
ذلك.
dan
lafadh yang menyerupainya.
Contoh: صمت اليوم
Dari pengertian
zharaf zaman tersebut, memberi kepahaman, bahwa:
1) Zharaf zaman terbuat dari isim
zaman (kalimah isim yang menunjukkan arti zaman/waktu) seperti :
a. يوما (hari)
b. ليلة (malam hari)
c. غدوة (pagi hari)
d. بكرة (waktu pagi)
e. سحرا (waktu sahur)
f. غدا (besok)
g. عتمة (waktu sore/isya’)
h. صباحا ( waktu pagi)
i.
مساء ( waktu
sore)
j.
أبدا (selamanya)
k. أمدا (selamanya)
l.
حينا (ketika), dll.
Isim zaman diperbolehkan ditarkib
menjadi zharaf secara mutlak yakni, baik berupa mubham/mukhtash atau selainnya
seperti berupa musytaq (tercetak) dari amilnya. Dan baik berupa nakiroh atau ma’rifat sebab kemasukan
Al dan diidhofahkan. Adapun isim zaman yang bisa ditarkib menjadi
zharaf ada 2 macam:
a. Isim zaman mubham,
adalah isim yang
menunjukkan kadar waktu yang tidak jelas batasannya, seperti:
a. أبدا (selamanya)
b. حينا (ketika),
c. أمدا (selamanya)
d. وقتا (pada waktu)
e. زمانا (semasa)
b. Isim zaman
mukhtash, adalah isim yang
menunjukkan kadar waktu yang jelas dan terbatas, seperti:
a. ساعة (satu jam)
b. يوم (sehari)
c. ليلة (semalam)
d. اسبوع (seminggu)
e. شهر (sebulan)
f. سنة (setahun)
g. عام (setahun)
h. اسماء الشهور (nama-nama bulan)
i.
ايام الأسبوع (nama-nama
hari)
2) Dibaca nashob,
dinashobkan oleh amil.
Adapun amil yang menashobkan
zharaf zaman yaitu:
a.
Kalimah fi’il. Contoh: صمت اليوم (aku berpuasa pada hari ini)
b. Syibeh fi’il yaitu
isim sifat dan mashdar. Contoh:
خالد مسافر
يوم السبت (kholid
orang yang berpergian pada hari sabtu)
c. Zharaf zaman pasti mengira-ngirakan makna huruf
Apabila isim zaman tidak
mengira-ngirakan makna huruf في, maka isim
zaman tersebut tidak ditarkib menjadi zharaf, melainkan ditarkib dengan
selainnya seperti menjadi mubtada’, khobar, fa’il atau maf’ul bih dan
sebagainya. Contoh:
mubtada’: يومنا يوم سعيد (hari kita adalah hari keberuntungan)
khobar: هذا يوم مبارك (ini hari penuh barokah)
Fa’il: جاء يوم الجمعة (tela tiba hari jum’at)
Maf’ul bih: ولا تضيع ايام شبابك (jangan engkau sia-siakan hari-hari mudamu!)
C. Zharaf
Makan
Definisi zharaf makan:
و ظرف المكان هو
اسم المكان المنصوب بتقدير في. نحو امام و خلف و قدام و وراء و فوق و تحت و عنر و مع و أزاء و حذاء و
تلقاء و ههنا و هننا و ثم وماأشبه ذلك.
Artinya: zharaf makan adalah isim
makan(tempat)yang dibaca nashob dengan memperkirakan makana في(di), seperti:
امام
و خلف و قدام و وراء و فوق و تحت و عنر و
مع و أزاء و حذاء و تلقاء و ههنا و هننا و ثم. dan lafadh yang menyerupainya.
Contoh: قمت املم الدار (aku berdiri di depan
rumah)
Dari pengertian zharaf makan tersebut memberi kepahaman bahwa:
1) Zharaf makan terbuat dari isim makan (kalimah isim yang menunjukkan arti
tempat). Adapun isim makan yang bisa ditarkib menjadi zharaf ada 3 macam:
a. isim makan mubham adalah isim
yang menunjukkan arti tempat yang tidak jelas batasnya yakni, tidak memiliki
bentuk yang bisa dilihat oleh panca indra, dan bentuknya tidak terbatas.
Seperti Asma’ Al-Jihaat As-sitti (isim-isim yang menunjukkan enam arah)
a) فوق (atas)
b) تحت (bawah)
c) يمين (kanan)
d) شمالا (kiri)
e) أمام (depan)
f) خلف (belakang)
Dan selain itu, seperti:
a) قدام (di depan)
b) وراء (di
belakang)
c) عند (di sisi)
d) مع (beserta)
e) إزاء (di depan)
f) حذاء (di dekat)
g) تلققاء (di
hadapan)
h) هنا (di sini)
i)
ثم (di sana)
Untuk isim makan
mukhtash (kebalikan dari isim makan mubham) tidak boleh dibaca nashob dengan
menjadi zhorof. Contoh: جلست
الدار akan tetapi
wajib dibaca jar, di jarkan oleh huruf jar في maka
menjadi جلست في الدار
b.
Asmaul maqodir (nama ukuran)
a)
ميل (satu mil)
b)
فرسخ (satu farsyakh)
c)
بريد (satu
barid)
d)
قصبة (sebatang
bambu)
e)
كيلومتر (satu
kilometer)
c. Isim makan yang
musytaq (tercetak dari amilnya)
Contoh: جلست مجلس زيد (aku duduk di tempat
duduknya zaid)
Catatan: diperbolehkannya menarkib zharaf pada isim makan yang
musytaq, ini apabila ia musytaq dari amilnya seperti contoh diatas. Sedangkan
isim makan yang tidak musytaq dari amilnya tidak boleh ditarkib menjadi zharaf,
maka tidak boleh mengatakan:
دعوت
مجلس زيد (saya
berdo’a ditempat duduk zaid), kalau terpaksa ingin arti seperti itu, maka
lafadh مجلس dijarkan dengan huruf فيmenjadi دعوت في مجلس زيد
2) Dibaca nashob,
dinashobkan oleh amil.
Adapun amil yang menashobkan
zharaf makan yaitu:
a. kalimah fi’il. Contoh: ضربت زيدا أمام الامير
b. syibeh fi’il yaitu isim sifat dan
masdar.
Contoh 1: عجبت من ضربك زيدا عند الامير
Contoh 2: أنا
ضارب زيدا عندك
c. Mu’awwal dengan
syibeh fi’il.
Contoh:
أنا أسد عندك اى
شجاع (aku adalah
pemberani di sampingmu)
3)
Zharaf makan pasti mengira-ngirakan makna huruf في
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maf’ul fih adalah isim
manshub yang disebutkan
untuk menjelaskan waktu atau tempat
terjadinya fi’il (yaitu
menjadi jawaban dari pertanyaan “Kapan atau dimana terjadinya
fi’il?”). Maf’ul fih juga dinamakan zharaf zaman apabila menunjukkan kepada
waktu terjadinya fi’il
dan dinamakan zharaf makan apabila menunjukkan kepada tempat
terjadinya fi’il.
B. Saran
Kami penulis
tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan,
dan jauh Dari kesempurnaan. Kami penulis akan memperbaiki makalah dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
Kami menyarankan para pembaca tidak hanya berpedoman pada makalah ini, tetapi
juga memahami dari banyak sumber referensi yang terpecaya.
DAFTAR PUSTAKA
An’am, Abu. 2007. Sang Pangeran Nahwu Al Jurumiyah. Jawa Barat: Mu’jizat Group.
Ni’mah, Fuad. 2015. Terjemah
mulakhos. Jakarta: Abu Ahmad A-mutarjim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar