Senin, 05 Oktober 2020

Makalah Nahwu Tentang Maf'ul Ma'ah " مفعول معه "


KATA PENGANTAR

 

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Quran dalam bahasa Arab (bahasa yang sebaik-baik, bahasa yang seindah-indah dari bahasa lainnya) dan telah memberikan kemudahan dalam mempelajarinya. Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah Rasul Allah yang diutus dengan membawa ajaran dan pedoman hidup yang baik untuk manusia di dunia dan akhirat.

Sebagai umat islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al-Quran dan Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran islam yang harus kita pegang teguh. Tentunya kita tidak mungkin memahami kedua sumber tersebut kecuali setelah mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab, khususnya ilmu Nahwu dan Sharaf, karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari Al-Quran dan Sunnah.

Dalam makalah ini, penulis mencoba memberikan penjelasan tentang salah satu objek kajian ilmu Nahwu yaitu tentang Maf”ul ma’ah. Semoga dengan dibuatnya makalah ini menjadi bekal yang bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis, untuk memperoleh berbagai kemudahan dalam mempelajari Al-Quran dan Sunnah. Amin.

Walaupun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan serta keterbatasan dalam pembahasan makalah ini. Untuk itu saran, kritik serta koreksi sangat penulis harapkan untuk memperoleh sebuah kesempurnaan di masa depan kelak. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.

 


 

Penyusun

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iii

BAB I. 4

PENDAHULUAN.. 4

A. Latar belakang masalah. 4

B. Rumusan masalah. 4

C. Tujuan. 4

BAB II. 2

PEMBAHASAN.. 2

A. Pengertian Maf’ul ma’ah. 2

B. Amil yang menashabkan maf’ul ma’ah. 2

C. Hukum isim yang terletak setelah wawu. 4

BAB III. 8

PENUTUP.. 8

A. Kesimpulan. 8

B. Saran. 8

DAFTAR PUSTAKA

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar belakang masalah

Sebagai umat islam kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari a-Qur’an dan sunnah sebagai dua sumber utama ajaran islam yang harus kita pegang teguh.

Untuk dapat mengusai al-Qur’an dan sunnah serta bahasa arab, baik dalam menulis, membaca dan melafalkan maka harus mengusai kaidah-kaidah yang ada di dalamnya. Sehingga perlu adanya Ilmu Nahwu. Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari yang mempelajari kaidah-kaidah dalam bahasa arab.

 

B. Rumusan masalah

1.      Apa Pengertian Maf’ul ma’ah?

2.      Apa saja amil yang menashabkan maf’ul ma’ah?

3.      Apa saja hukum isim yang terletak setelah wawu?

 

C. Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui pengertian dari maf’ul ma’ah

2.      Untuk mengetahui amil yang menashabkan maf’ul ma’ah

3.      Untuk mengetahui hukum isim yang terletak setelah wawu

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Maf’ul ma’ah

 

ينصب تالي الواومفعولامعة  #  في نحوسيري والطريق مسرعه

بمامن الفعل وشبهه سبق #  ذا النصب لا باالواوفي القول الاحق       

v  Isim yang terletak setelahnya wawu dibaca nashab dengan tarkib sebagai maf’ul ma’ah didalam sesama lafal   سيري والطريق مسرعة 

v  Dinashab kan dengan fiil atau shibih fiil yang mendahului, membaca nashab bukan dengan wawu mwngikuti qoul yang benar.

هوالاسم المنتصب بعد واوبمعني مع

Maf’ul ma’ah adalah isim yang dibaca nasab yang terletak setelahnya wawu yang bermakna مع )wawu maiyah(. Dan berfungsi untuk menerangkan apa yang menyertai pelaku

Contoh:سري والطريق مسرعة

Berjalan lah kamu bersamaan jalan dengan cepat

Di nadhom diatas bisa diketahui bahwa suatu lafadz bisa dikatakan mafu’ul ma’ah dengan tiga syarat:

1.      Berupa isim (yang mufrod)

Maka mengecualikan yang berupa fiil atau jumlah. Seperti :لا تاْ كل السمك وتشرب اللبنن           jangan lah kamu memakan ikan bersamaan minum susu.

2.      Dibaca nashab

Maka mengecualikan pada isim yang dibaca selainnya nashab. Seperti contoh  اشترك زيد وعمر   saya bersama dengan umar

3.      Terletak setelah wawu yang bermakna مع

Maka mengecualikan pada isim yang terletak setelahnya wawu tapi tidak bermakna مع seperti contoh   جاء زيدوعمرقبله zaid datang dan umar datang sebelumnya

  1.       Amil yang menashabkan maf’ul ma’ah

Yang menashabkan maf’ul ma’ah adalah amil yang terletak sebelumnya, baik yang berupa fiil atau sibih fiil, contoh:

·         Yang berupa fiil

Contohnya: سيري والطريق مسرعة

Yang menashabkan  الطريق adalah fiil yang terletak sebelumnya yaitu lafal  سيري

·         Yang berupa sibih fiil

Contohnya: زيدساءروالطريق  yang menashabka lafalالطريق  adalah lafal ساءر

                              Yang menashabkan maf’ul ma’ah adalah amil yang berupa fiil atau sibih fiil yang merupakan qoul yang lebih benar. Sedangkan menurut ulama’, termasuk Imam Al jurjani, yang menashabkan adalah wawu yang bermakna  مع  yang di sebut juga wawu maiyah. Amilnya maf’ul ma’ah wajib didahulukan.

  1.       Hukumnya isim yang terletak setelahnya wawu

Isim yang terletak setelahnya wawu hukumya sebagai berikut:

·         Apabila bisa diathofkan dan tidak ada kelemahan secara lafal dan makna maka yang lebih baik diathofkan, karena merupakan yang asal, namun juga bisa dibaca nashob menjadi maf’ul ma’ah.

Contohnya: جاء زيد وعمر  telah datang zaid dan umar.

·         Apabila diathofkan, namun ada sisi lemahnya maka yang paling baik di baca maf’ul ma’ah.

Contohnya:  سرت وزيداsaya berjalan bersamaan zaid

                 جلست وزيد    saya duduk bersamaan zaid

Karena mengathofkan terhadap dhomir rofa’ yang muttashil dan tidak ada pemisahnya itu hukumnya tidak baik dan tidak kuat.

·         Apabila tidak bisa diathofkan, maka wajib dibaca nashob dengan tarkib menjadi maf’ul ma’ah atau menyimpan ‘amil yang sesuai. Tidak bisa di ‘athofkan ini adakalanya karena ada perkara yang mencegah dari segi lafal atau makna.

Contohnya:  سرت والنيل  saya berjalan bersamaan sungai nil

                 مات زيد وطلوع الشمس zaid mati bersamaan terbenamnya matahari.

Yaitu dari setiap perkara yang tidak boleh musyarokah dalam hukum antara perkara setelahnya wawu dan sebelumnya, karena tidak memungkinkan sungai berjalan, dan tidak mungkin terbenamnya matahari meninggal dunia.

 

BAB III

PENUTUP

         A.  Kesimpulan

Maf’ul ma’ah adalah kalimat isim yang dibaca nashab yang terletak setelahnya wawu yang bermakna مع , atau di sebut juga wawu maiyah. Berfungsi untuk menerangkan apa yang menyertai pelaku. Selalu disertai wawu maiyah yaitu wawu yang mempunyai arti bersama/beserta. 

  1.       Saran

Kami penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan, dan jauh daei kesempurnaan. Kami penulis akan memperbaiki makalah dengam berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

Kami menyarankan para pembaca tidak hanya berpedoman pada makalah ini, tetapi juga memahami dari banyak sumber yang terpercaya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, bahaud din. 2018. Terjemahan alfiyyah syarah ibnu Aqil. Bandung: Sinar baru Algesindo.

                     Sa'id, M. R. ilmu nahwu terjemahan praktis nadhom 'amrithi. kediri: mitra gayatri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru yang Baik dan Professional dalam Mengajar

Guru yang Baik dan Profesional               Guru adalah orang tua kedua bagi para siswa ketika berada di sekolah. Yang tugasnya tidak h...